Minggu, 30 November 2025
Hikayat Teman Ngopi yang Tertukar
![]() |
| Enaknya punya Teman Ngopi seorang pejabat. Ilustrasi Generate Gemini. |
Di dalam KBBI, teman/te·man/ n bisa berarti: 1 kawan; sahabat: 2 orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap): 3 yang menjadi pelengkap (pasangan) atau yang dipakai (dimakan dan sebagainya) bersama-sama.
Ngopi tidak saya temukan penjelasannya di kamus. Yang ada mengopi/me·ngo·pi/ v minum kopi.
Jadi, Teman Ngopi itu apa artinya? Ya, ribet, ‘gak ada di KBBI soalnya. Namun, arti ngopi sendiri masih bisa dilacak di kamus lain, yaitu KBPS; Kamus Besar Perasaan Saya. Maksudnya, saya rasa, Teman Ngopi bisa diartikan sebagai orang yang sering duduk bersama-sama untuk minum kopi.
Ada makna baru dari frasa Teman Ngopi ini. Dan, sepertinya ia sudah jadi semacam metodologi. Kira-kira dua tahun ke belakang lah, saat frasa ini sering diucapkan oleh orang yang sering nongkrong dengan Teman Ngopi. Maknanya pun lebih spesifik sebagai cara atau pendekatan kepada orang yang kerap duduk bersama-sama minum kopi untuk sama-sama membicarakan hal penting.
Ada pesan penting yang tersembunyi di balik frasa Teman Ngopi di sini. Jadi, apa pun masalah yang sedang dihadapi lembaga, sekrusial apa pun masalah itu, jalan keluarnya adalah Teman Ngopi. Makanya, ia jadi semacam problem-solving methodology.
Namun, ada makna tersembunyi di balik frasa Teman Ngopi. Makna itu sangat halus, halus sekali. Sudahlah halus, tersembunyi pula dia. Karena itu, ia hanya bisa dirasa oleh orang yang sanggup membaca konteks atau rahasia di balik realitas seperti Hamdani Firman. Makna apa itu? Pertama, makna arogansi. Seolah, di tangannya semua masalah bisa selesai hanya dengan lobi kepada pejabat Teman Ngopi.
Kedua, bermakna good relationship. Menunjukkan bahwa ia orang hebat yang luas jaringan, punya koneksi, dan banyak relasi. Jadi, frasa Teman Ngopi itu semacam ajang untuk menunjukkan bahwa ia dikenal banyak kalangan di lingkungan pejabat. Untuk sekadar mengundang mereka jadi pembicara saja, cukup diundang melalui pesan What'sApp, selesai urusan.
Kasus sebuah lembaga di negara Konoha boleh jadi relevan untuk diangkat sebagai permisalan. Satu kali, lembaga di negara Konoha itu dirundung problem. Ruwet! Ruwet! Ruwet! Para pejabat berembuk mencari solusi. Buntu.
Namun, di saat semuanya menemui jalan buntu itu, salah seorang dari mereka nyeletuk.
“Siapa pejabat di bagian itu?”
“Bapak Fulan bin Fulan, Pak.”
“Lah, itu mah, Temen Ngopi saya!”
Byar! Semua lega. Wajah-wajah yang tadinya kusut masai berubah semringah.
Dua hari kemudian, wajah yang tadinya semringah kembali lagi kusut masai. Sebab, ternyata ada keliru analisis. Pada saat audiensi, ternyata pejabat itu bukan Teman Ngopi, melainkan Teman Mancing. Memang, Teman Ngopi dan Teman Mancing beda-beda tipis. Masalahnya lagi, Teman Mancing itu masih marahan gara-gara joran pancingnya dibikin patah.
Bila patah joran itu karena menahan tarikan cupang babon, mungkin pejabat itu memaafkan. Lha, ini patah gara-gara digunakan buat menggebuk kecoa. Saking takut dan panik, tak sadar dia gunakan joran Teman Mancing-nya itu buat menggebuk.
Apes memang pejabat di lembaga negara Konoha ini, kecoanya nggak mati, joran patah dua. Lebih apes lagi, ternyata, setelah ditegesin kecoanya kecoa mainan dari bahan karet. Sejak itulah Teman Mancing ini belum mau berdamai.
Sekarang, semua pejabat lembaga di negara Konoha itu berpikir rasional. Pelan-pelan mereka sadar, bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan Teman Ngopi. Akan tetapi, memilih ikut barisan sama-sama berdiri pada Legal Standing yang tepat karena sudah tercerahkan.
Tahniah.
Begitulah Hikayat Teman Ngopi yang tertukar.
Depok, 30 November 2025.
Sesapan terakhir ngopi tengah malam. Pahit, tapi kaya relaksasi.
“Bapak Fulan bin Fulan, Pak.”
“Lah, itu mah, Temen Ngopi saya!”
Byar! Semua lega. Wajah-wajah yang tadinya kusut masai berubah semringah.
Dua hari kemudian, wajah yang tadinya semringah kembali lagi kusut masai. Sebab, ternyata ada keliru analisis. Pada saat audiensi, ternyata pejabat itu bukan Teman Ngopi, melainkan Teman Mancing. Memang, Teman Ngopi dan Teman Mancing beda-beda tipis. Masalahnya lagi, Teman Mancing itu masih marahan gara-gara joran pancingnya dibikin patah.
Bila patah joran itu karena menahan tarikan cupang babon, mungkin pejabat itu memaafkan. Lha, ini patah gara-gara digunakan buat menggebuk kecoa. Saking takut dan panik, tak sadar dia gunakan joran Teman Mancing-nya itu buat menggebuk.
Apes memang pejabat di lembaga negara Konoha ini, kecoanya nggak mati, joran patah dua. Lebih apes lagi, ternyata, setelah ditegesin kecoanya kecoa mainan dari bahan karet. Sejak itulah Teman Mancing ini belum mau berdamai.
“Sama kecoa karet aja Bapak takut! Pejabat apaan, itu!” Hardik Teman Mancing sambil memandangi jorannya.
“Habis, mirip kecoa banget, Pak.” Jawab si pejabat lembaga.
“Diem, lu! Jawab aja!”
Seminggu kemudian, lembaga itu disegel. Padahal, semua sumber daya sudah dikerahkan. Dari Teman Ngopi, Teman Mancing, sampai Teman Ngarit sudah dilobi. Ya, mau bagaimana lagi, ternyata Teman Ngopi, Teman Mancing, dan Teman Ngarit berbeda kubu dengan pejabat lembaga di negara Konoha.
Sekarang, semua pejabat lembaga di negara Konoha itu berpikir rasional. Pelan-pelan mereka sadar, bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan Teman Ngopi. Akan tetapi, memilih ikut barisan sama-sama berdiri pada Legal Standing yang tepat karena sudah tercerahkan.
Tahniah.
Begitulah Hikayat Teman Ngopi yang tertukar.
Depok, 30 November 2025.
Sesapan terakhir ngopi tengah malam. Pahit, tapi kaya relaksasi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)

Tidak ada komentar :
Posting Komentar