Bu Nuril keluar dari ruangan Pak Kusnadi dengan muka memerah. Pikirannya tertuju pada satu orang yang disangkanya dalang dari bocornya laporan keuangan studi wisata itu. Jari jemarinya lalu dengan cepat menekan nomor-nomor pada keyboard ponselnya. PAK Gusnadi memanggil Bu Nuril ke ruangannya. Mukanya memerah menahan kesal. “Mengapa bisa begini, Bu Nuril? Ibu bilang laporan keuangan aman!” Pak Gusnadi mengingatkan Bu Nuril, bila mereka tidak bisa mempertanggungjawabkan masalah ini, bukan tidak mungkin yayasan akan mencabut mandat mereka sebagai kepala dan wakil kepala sekolah. Bu Nuril tidak menjawab. Mau menjawab apa, sebab mereka berdua yang merancang laporan keuangan itu. “Bisa jadi, bukan cuma jabatan kita yang akan dicopot, Bu Nuril. Bagaimana kalau kita dipecat dari Budi Mulia?” “Tapi, selisih uang itu bukan untuk kita sendiri kan, Pak? Separuh kita distribusikan pada teman-teman panitia sesuai keringat mereka masing-masing.” “Itu pula jawaban yang saya sampaikan kemarin.” “Teru