Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

ANTARA KAPUR TULIS DAN KUOTA

KAPUR tulis adalah nyawa. Itu dulu. Ya, paling tidak, pada zaman masa-masa SD generasi pelajar orang seusia saya sekarang. Saya tak mengerti, mengapa kenangan ini tiba-tiba muncul sekarang di “zaman kuota” . Bahkan saya menyadari, kelas menjadi hidup atau senyap dengan sebatang kapur itu. Ya, kapur benar-benar menggerakkan. Bisa jadi, karena sebatang kapur saat itu bagi saya adalah seni pertunjukan di muka kelas. Selalu, dan selalu begitu. Ia bagai tarian yang berkisah tentang perpaduan antara peradaban, ilmu, dan seni. Liukan jari jemari terampil yang mengapitnya, meluncur seperti alur dari mula hingga akhir cerita pertunjukkan. Bunyi gesekan dari atas papan tulis dengan ujung kapur, seperti latar musik yang mengiringi setiap adegan huruf-huruf bertingkah. Sialnya, hampir setiap guru mahir menggoreskan narasi tulisan dengan huruf sambung di atas papan tulis. Seolah-olah, guru yang tak pandai menulis dengan tulisan huruf sambung sebagai sesuatu yang tabu. Seingat saya, beberapa dari ka

SOAL GOOGLE FORM ANDA BISA DIBONGKAR

Kalau guru berhenti belajar, sebaiknya berhenti mengajar. HARI ini, saya bertemu dengan seorang kawan, guru di sebuah sekolah Islam di Kuningan, Jakarta Selatan. Kami bertemu di waroengmieco , warung kopi dengan tagline “Ngopi sepuasnya, bayar seikhlasnya” khusus untuk kopi item. Selain kopi, tersedia beragam menu asyik dan gaul. Warung ini milik kawan saya juga. Dahulu, sewaktu buku Kiai Kocak terbitan Pustaka Al K autsar sedang mendapatkan momentum, ia setia menemani bedah buku Kiai Kocak di panggung Islamic Book Fair di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan beberapa forum bedah buku di kampus. Kawan saya yang guru itu juga bukan sekadar kawan. Dia pernah mengawal dan memasilitasi bedah buku seri kedua "Kiai Kocak; Puasa Kompak Lebaran Dua Shift" yang terbit pada 2012. Kedua-dua kawan ini, boleh dibilang supporter sejak mula saya membangun tradisi menulis dan menerbitkan buku. Kami mengobrol banyak hal. Dari soal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sampai berbagi trik memanfaatkan

Trainer Dadakan di Hadapan Guru Tangguh

Salah satu fungsi teknologi itu, dia hadir untuk memangkas ruang dan waktu, bukan memperlebar jarak dan mengulur-ulur waktu. Begitulah. Menjadi bahagia itu dengan berpikir memanfaatkan teknologi sederhana yang bisa membuka jendela dunia, bukan bekerja keras agar ‘unjuk punya’ teknologi paling baru dengan manfaat terbuang sia-sia.  KEMARIN, seakan-akan saya sudah jadi trainer beneran. Berdiri di hadapan dua belas orang guru pejuang sebuah madrasah bersahaja. Saya banyak tahu madrasah ini. Saya juga tahu latar belakang kehidupan orang tua peserta didik yang menitipkan anak-anaknya di sini. Saya tahu. Ini yang membuat saya berkata dalam hati, “Guru tangguh, masih ada di sini.” Bertemu mereka, rasanya, saya tenggelam dalam perenungan seperti kebiasaan para sofis . Meski saya hadir diundang sebagai nara sumber, hakikatnya sayalah yang belajar. Belajar lagi soal dedikasi dan pengabdian. Belajar lagi tentang spirit, bahwa akar seorang guru tak akan rapuh bila tetap berpijak di atas semboyan “

ABRAHAH PASUKAN BERGAJAH dan BURUNG ABABIL

Siapa sih yang tidak tahu dengan kisah masyhur ini? Kisah yang sangat masyhur ini bahkan DIABADIKAN DALAM ALQUR'AN dalam QS. AL FIL. Bahkan dari sekolah dasar pun sudah sering kita dengar dan ceritakan. Kisah yang menceritakan ketika pasukan bergajah yang dipimpin oleh ABRAHAH yang bermaksud untuk menghancurkan ka'bah di Mekkah. Tiba-tiba dalam perjalanan, Allah mengutus bala pasukan burung Ababil yang MEMBAWA BATU PANAS DARI NERAKA yang kemudian meluluh lantakkan pasukan bergajah tersebut. Sumber:  https://www.facebook.com/Januardixe