Allah ya Rabb, biarkanlah wabah ini berlalu. Mohon perlindungan-Mu Ya Rabb. Kami benar-benar seperti di atas roller coaster sambil memandangi peti mati. INI soal rasa. Sejak akhir Agustus sampai petang ini, rasa seperti menaiki roller coaster. Jantung nyut-nyutan, pandangan rasa jungkir balik, adrenalin naik turun tidak karu-karuan. Akan tetapi, ini bukan seperti rasa roller coaster di Dufan yang histeria bahagia tegang. Ini histeris sedih tegang. Akhir Agustus kemarin itu, dapat WA dari sahabat karib. Minta doa terbaik buat ibundanya yang sedang dirawat. Deg! WA, saya balas normatif. Doa mengalir, semoga Ibunda lekas pulih, begitu saya penuhi. Pikiran liar ke sana ke mari menunggu kabar berikutnya. Jeda hampir sepuluh menit. Dan, kecemasan terjawab. Ibundanya positif Covid. Pukul empat pagi empat hari kemudian, WA saya terima lagi. Sahabat karib ini mengirim pesan suara. Isinya rekaman via handphone dia pada sang Bunda. Pesan suara yang sangat menyentuh: Assalamualaikum, Ma. Ini *