Behind The Gates. Foto Credit Marcel Ardivan on Usnpalsh. RASANYA, saya belum berhenti menikmati selebrasi sebagai pendatang baru. Seakan, hati bak bunga mekar, segar terus. Bagaimana tidak, satu karya puisi saya lolos di antara karya para penyair hebat. Ini sesuatu banget. Bermula dari teman sejawat; Alvian Novaldi Sutisna yang mengundang saya untuk ikut menulis puisi pada satu event bertajuk “KETIKA JAKARTA TIDAK LAGI MENJADI IBU KOTA NEGARA”. Naskah yang dipandang layak, akan dimuat dalam satu buku antologi puisi setelah melewati proses kurasi. “Puisi, ya?” Tanya saya. Alvian mengangguk. “Ikutlah,” katanya meyakinkan. Saya tidak yakin, alias tidak punya “keyakinan” untuk menulis puisi. Meskipun saya menyukai dunia literasi menulis, tapi menulis puisi hampir tidak pernah saya lakukan. Apalagi menulis puisi untuk diikutsertakan pada satu event, ini lebih “mengerikan”. Tak lah, saya tak berani. Alvian terus menggoda saya, lebih tepatnya memprovokasi. Saya bergeming. Akan tetapi, saya