Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Ziarah, Uang Gaib, Perdukunan, dan PANDAWA

Foto Credit: https://www.kabarmakkah.com/ HARI Minggu kemarin, 12 Desember, bertemu teman-teman alumni SD. Saya jarang sekali bertepat waktu bisa berkumpul. Selalu saja ada aral, sehingga tidak bisa hadir silaturahim setiap bulan. Grup alumni SD ini ada WA Grup-nya. Akan tetapi, saya izin mundur dari Grup WA karena soal postingan anggota yang tidak pas dengan saya. Baik-baik saya minta diri. Kepada admin, saya janji akan tetap menjaga silaturahim. Biarlah saya tidak ada di Grup, tapi, tiap kali ngumpul bareng dijadwalkan, lalu tidak ada agenda bersamaan, saya akan hadir seperti hari Minggu kemarin itu. Pertemuan Minggu kemarin agak berbeda. Meskipun tidak seperti "pengajian resmi", kami membahas materi layaknya kajian, namun dalam kemasan obrolan lepas. Topiknya pun cukup menghentak, gabungan dari pengalaman dan pengetahuan; ziarah, perdukunan, uang gaib, dan saham yang belakangan ramai dibicarakan: PANDAWA. Dua teman bercerita pengalamannya ziarah. Dua-duanya mengaku diajak

KAYA KALENG KALENG MISKIN AUTENTIK

Foto credit Reza Fauzi Nazar pada https://geotimes.id/ DALAM hidup, kaya dan miskin selalu berdampingan. Di antara kaya dan miskin, stres menyelinap di tengah-tengah. Jadi jangan heran, ada orang miskin yang stres, orang kaya juga ada yang stres. Lah, kok bisa? Bisa, sebab stres hampir menjadi milik tiap orang, tak peduli miskin atau kaya. Hanya saja, selama ini, stres dipahami sebatas fenomena orang yang sedang tertawa cekikikan sendirian, nyengir-nyengir sendirian, joged-joged di jalan sendirian, ngomong atau marah-marah sendirian, ditambah penampilan yang kusut masai. “Bocah stres!” Begitulah kemudian orang menilai. Stres STRES itu reaksi, baik reaksi secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Kondisi demikian itu, lazim dihadapi semua orang dari waktu ke waktu. Bisa jadi satu kali dalam jangka pendek, bisa juga berulang kali dalam jangka panjang. Begini contoh gampangnya: Saat Anda sedang ber

DOORPRIZE PALING MAHAL

Doorprize Jalan Sehat Milad Muhammadiyah ke-109. Foto credit WA Grup Muhammadiyah Pulo Doorprize Milad MILAD Muhammadiyah ke-109 sudah berlalu lebih dari 10 hari sudah. Meriah sekali. PRM Pulo menggelar Jalan Sehat menyambut Milad itu. Ada doorprize -nya. Kulkas, mesin cuci, kipas, dan hadiah-hadiah hiburan yang menarik. 300 kupon doorprize yang disediakan panitia tidak cukup. Warga Muhammadiyah Ranting Pulo yang ikut Jalan Sehat melebihi ekspektasi Panitia. Alhamdulillah, ternyata jamaah Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Ortom masih melimpah. Hari pada Resepsi Milad itu, orang tua, pemuda, dan anak-anak, berbondong-bondong ikut Jalan Sehat. Ada lebih dari lima peserta balita ikut pula dari atas stroller . Tampak, semangat merayakan Milad dari yang paling muda sampai yang paling tua menyala-nyala. Semoga, bukan karena doorprize itu antusiasme jamaah Muhammadiyah tumpah ruah, tapi karena didorong oleh rasa syukur atas nikmat ber-Muhammadiyah yang tidak bisa dibendung. Milad Effect TIDAK

MBAK UPI; KENANGAN ATAS TUMIS PEPAYA MUDA

  Tumis pepaya muda./Copyright cookpad.com/Christina Murni Utami Pagi tadi, kabar duka sampai ke telinga. Mbak Upi berpulang. Memang, sudah cukup lama kehilangan kontak, sejak pertemanan di FB terputus. Saya ingat, kontak terakhir dengan almarhumah di FB itu soal tumis pepaya muda. Tumis sederhana, namun terasa mewah. Mbak Upi menimpali, “Kapan-kapan, kita ngumpul lagi Pak Abdul. Kita makan tumis pepaya bareng-bareng Pak Jabal lagi.” Saya aminkan saja candaan itu. Namun, seakan waktu jadi belenggu. Kaki tak jua melangkah. Hingga Mbak Upi berpulang, tumis pepaya muda racikan Mbak Upi itu tak akan bisa saya nikmati lagi selamanya. Tumis pepaya sesedap itu, salah satunya hadir dari racikan dapur rumahnya. Dari bahan sederhana dan biasa-bisa, jadi istimewa. Komposisi rasa gurih, asin, manis, dan pedasnya pas sekali. Ngena betul di lidah. Saya tak tahu, bagaimana cara Mbak Upi mengolahnya. Apa karena sudah jam makan siang dan perut sudah minta diisi? Bisa jadi. Adakah bumbu rahasia di bali

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

TEKOKAK DAN MASA LALU

Foto pribadi. Jepretan Samsung A 12 KAMPUNG ini memang sudah berubah. Sungai-sungai kecilnya tak lagi menjadi rumah bagi ikan-ikan liar. Ikan benter, cere, udang, sepat, atau mujair tak bisa lagi dijumpai di sana. Bukan karena ikan-ikan itu tidak betah lalu bermigrasi mengikuti aliran sungai lalu tidak kembali ke kampung ini, bukan. Ikan-ikan itu lenyap bersama sungai kecilnya yang ditimbun batu, pasir, dan conblock. Kampung ini memang sudah berubah. Sawah-sawahnya yang dahulu menghampar, tak lagi menjadi lahan subur di mana tumbuh genjer dan gulma yang sedap bila ditumis. Genjer dan gulma itu, kapan saja bisa dipanen cuma-cuma kalau mau. Akan tetapi, genjer dan gulma itu ikut raib bersama ikan-ikan liar dari sungai kecil itu. Bukan karena tanah sawah-sawah itu sudah tidak subur lagi, bukan. Melainkan, sawah-sawahnya juga sudah ditimbun pasir, split, aspal, juga  conblock .  Kampung ini memang sudah berubah. Burung-burung liar yang selalu datang pagi dan petang, terbang entah kemana.

“BAU” SUMANTO DALAM KEKERASAN SEKSUAL

“Bau” Sumanto? Memang, Sumanto bau apa? Sabar. Pelan-pelan saya jelaskan. Pertama , Sumanto di sini bukan Sumanto pemakan mayat. Ini Sumanto lain. Ini Sumanto “intelek”. Kedua , tentang “Bau”. Ini bukan bau keringat, bau iler, atau bau kentut Sumanto. Akan tetapi, “Bau Pemikiran” Sumanto. Ketiga , kekerasan seksual. Apa Sumanto melakukan kekerasan seksual? Enggak. Jangan salah sangka dulu. Bahkan Sumanto bukan hanya demokratis soal seksual, bahkan cenderung liberal. Karena itu, dia tidak mungkin melakukan kekerasan dimaksud. Terus, maksud bau di sini apa? Maksudnya, ada bau-bau pemikiran Sumanto tentang kekerasan seksual dalam Permendikbudristek RI Nomor 30 Tahun 2021. Permendikbudristek Akhir-akhir ini, sedang ramai dibicarakan Permendikbudristek RI Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi. Permen ini dipermasalahkan sejumlah pihak karena dianggap bermasalah. Titik krusial yang dipersoalkan salah satunya pasal 5 ayat 2 hur

Kuota Umur Dan Sinyal Uban

Hikmah Hikmah itu, barang milik orang Mukmin yang hilang. Kadang, ia ditemukan pada tempat yang tidak diduga. Maka, orang Mukmin seperti para pencari hikmah dan mengambilnya di mana saja ia menemukannya. Di masjid, musala, panti asuhan, rumah sakit, bahkan di kuburan hikmah itu berserakan. Di lingkungan rumah dan tetangga kiri kanan, hikmah mudah ditemukan. Bahkan di mall, tempat kerja, di cafe, dan tempat-tempat hiburan, hikmah masih mungkin tergeletak. Hanya saja, sinyal buat menemukan hikmah itu berbeda-beda statusnya. Di masjid dan musala, hikmah berwajah ketaatan dan ketundukkan mudah sekali ditemukan. Bisa jadi karena sinyal di sini sangat kuat ( very strong ). Di panti asuhan, di rumah sakit atau kuburan, sinyal hikmah juga sangat kuat. Di tempat-tempat ini, hikmah dalam wujud qanaah, syukur, sabar, dan insyaf bahwa kapan saja orang bisa jatuh sakit dan mati kenceng dari ujung ke ujung. Di lingkungan rumah dan tetangga kiri kanan, sinyal hikmah masih kuat ( strong ). Orang ma

Jalan Atatürk Di Jakarta Seperti Bertemu Atatürk di Taksim Square

Taksim Square, Foto Credit  Ante Samarzija . Unspalsh. com SAYA pernah “bertemu” Mustafa Kemal Atatürk di alun-alun Taksim, Taksim Square, dalam bahasa Turki disebut Taksim Meydanı . Taksim Square termasuk kawasan kehidupan malam, belanja, dan makan malam yang sibuk di Turki. Lokasinya di Istanbul, Turki bagian Eropa. Persisnya di Gumussuyu Mahallesi, 34437 Beyoglu/Istanbul, Turki. Taksim Square merupakan stasiun utama jaringan Istanbul Metro. Tramvay kuno lalu lalang di sini hampir setiap menit. Ia merupakan warisan moda transportasi massal di Istanbul yang beroperasi sejak 17 Januari 1875. Tramvay itu melintasi jalanan di sepanjang Istiklal Caddesi, jalan khusus pejalan kaki yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan abad ke-19, landmark jaringan belanja internasional, bioskop, dan cafe. Setiap hari, jutaan manusia berkunjung keluar masuk bar, toko barang antik, dan restoran di puncak gedung dengan pemandangan Selat Bosphorus yang menawan di kawasan ini. Wajarlah, karena Taksim Square

Silaturahim di Subuh Hari

Foto kiriman dari Gugut Kuntari Generasi Baru Saya termasuk generasi yang lahir pada dekade 70-an. Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall menyebutnya “Generasi X”, generasi yang lahir tahun 1965-1980. Generasi ini lahir pada tahun-tahun awal dari penggunaan PC (personal computer), video games , tv kabel, dan internet. Oke, istilah-istilah tidak terlalu penting dalam tulisan ini. Bila Anda juga termasuk dalam generasi ini, berarti kita sama-sama menjalani masa-masa remaja di era 90-an dan memasuki masa dewasa di era tahun 2000. Dalam catatan saya, kita cenderung tidak mengalami masa-masa “krisis ukhuwah” yang tajam. Yang saya maksud dengan masa-masa “krisis ukhuwah” , adalah renggangnya persaudaraan sesama muslim karena persoalan khilafiyah , yaitu masa-masa sesama orang Islam bersitegang hanya karena ushalli dan tidak ushalli , qunut tidak qunut , 11 atau 23 rakaat Tarawih, dan sebagainya masalah khilafiyah yang sudah masyhur. Generasi yang mengalami “krisis ukhuwah” , kebanyaka

Seminar Menulis di Bawah Flamboyan

Flamboyan di IAIN Siapa yang ingat flamboyan di halaman kampus IAIN (sekarang UIN) Jakarta? Tentu, alumni IAIN tahun 1995 ke belakang pasti masih ingat. Saya termasuk alumni yang tidak bisa melupakan flamboyan itu. Apalagi saat ia mekar, merah menyala. Saya bahkan sempat menuliskan syair lagu karena begitu menikmati saat ia berbunga. Hanya saja, saya sudah lupa liriknya kecuali hanya beberapa kalimat saja. Catatannya pun, entah raib kemana. Wahai kau burung penyanyi jangan dulu engkau dendangkan tunggulah sampai ia datang memberiku seikat kembang Wahai kau bunga flamboyan jangan dulu gugur ke bumi Tunggulah sampai ia datang memberiku sekeping hati Hemm. Terasa terlempar lagi ke masa-masa kuliah dulu. Akan tetapi, flamboyan itu sudah tidak ada lagi. Ia hanya hidup dan berbunga di benak saya yang kian menua pada setiap musim. Sahidup dan Program Konversi Sahidup, kawan seiring saya di kampus. Kami sama-sama mahasiswa konversi dari program Diploma II ke jenjang Strata 1 Fakultas Tarbiyah

Bukan Novel Biasa

Hari ini, melegakan sekali. Bukan karena pesan bombastis yang masuk ke nomor saya mengabari: “Anda mendapatkan subsidi Pemerintah Rp.180.000.000 KODE (717747)...” beneran saya terima. Belakangan, ada lebih dari sepuluh kali SMS itu masuk ke nomor saya. Duit sebanyak itu, cukuplah buat beli laptop yang kompatibel modal menulis dan layout . Bagaimana hati tidak lega? Halagh! Bukan! Itu halu tingkat dewa. Lagipula, pemerintah mana yang mau memberi saya subsidi sebesar itu? Pemerintah Majapahit? Saya lega karena kerja tim saya di perpustakaan yang menangani Pesta Literasi hampir selesai. Selebihnya, tinggal menyisir akhir naskah, acc, naik cetak, dan launching . Pesta Literasi Perpustakaan Madrasah Pembangunan 2020 memang sedikit telat. Apalagi, kalau bukan karena pandemi Covid-19 alasannya. Pandemi mengubah semua agenda tahunan program literasi perpustakaan yang saya inisiasi sejak 2018 itu.  Akan tetapi, keterlambatan itu akan segera lunas terbayar dimulai dari suksesnya rangkaian aca