Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

SALAM DARI HARAMAIN

Lautan Manusia di Padang Arafah. Foto Credit:  https://www.dakwatuna.com/ AKU masih dikenang. Kabar kenangan dari Haramain ini aku terima pada Rabu, 12 Juli 2023 kemarin. Yang mengenang bukan sosok biasa. Beliau dosenku di UIN (waktu itu masih IAIN) Jakarta, pengampu Mata Kuliah Ulumul Hadits. Namanya Drs. Abdul Haris, M.Ag. Eh, rupanya, istriku juga mengambil kuliah Ulumul Hadits dari beliau juga. Ya Allah, rasa hati senang tak terkira.  Transmisi kenangan itu dari sahabatku, Ustaz Anton Rukmana. Ya, hari-hari ini, keduanya masih berkumpul di tempat paling mulia di muka bumi, di tanah kelahiran baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam . Di sana, di Haramain, Makkah al-Mukarramah sebelum mereka bertolak ke Madinah al-Munawwarah. Mendapat kabar dan salam ini, seketika, ingatanku terlempar ke masa kuliah dulu, pada mata kuliah yang diampu Pak Haris--begitu aku memanggil beliau waktu kuliah. Di tempat mulia inilah aku dibincangkan dan dipuji. Aiiih, ini pasti karena Ustaz Anton

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap

DUA KOVER SATU KELAS

Kover final Antologi Puisi "Ketika Jakarta Tidak Lagi Menjadi Ibu Kota Negara" . Foto Credit, Mas Wahyu Topeng DALAM seminggu ini, tiga informasi menyapa amat menggembirakan saya. Pertama , kover antologi puisi dari KLB ( Komunitas Literasi Betawi) 4 sudah menampakkan diri. Rasanya gimana gitu. Di sana, ada satu karya puisi saya yang lolos kurasi. Ini kejutan. Saya seperti masuk "dunia lain", dunia puisi. Sejujurnya, saya merasa amat kecil dalam antologi itu nantinya. Betapa tidak, nama-nama dari penulis puisi yang lolos kurasi adalah para senior, para penyair, mereka yang darahnya sudah menyatu dengan puisi. Begitulah yang saya tangkap dari komunikasi penghuni Grup WA menuju KLB 4, rumah maya bagi para peserta yang lolos kurasi. Sementara saya, baru merangkak dan tertatih-tatih memilih diksi, belum sampai pada jiwa yang membuat sebait dua bait puisi terasa bernyawa dan hidup. Meski merasa kecil, saya punya harapan besar. Satu saat, bukan mustahil keinginan punya a