Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

SASTRA DI CIKINI DAN SAJAK SEBATANG LISONG

Saya dan Alvian Rivaldi Sutisna. Berpose di depan mural HB. Jassin dan Chairil Anwar di PDS. HB. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini. Foto milik Alvian. Biarlah aku menatap saja Sambil takjub memeluk lutut Menikmati gemulai dansa kata-kata para pujangga Indah sekali tarian diksi di atas panggung sastra yang tak pernah punah siang itu Aku terkesima Ternyata, begini rasanya masuk atmosfer mereka *** Payah rasanya menulis puisi itu. Enam kalimat di atas saja, otàk terasa “remuk”. Tapi, “seremuk-remuk” rasanya, jadi juga ia enam baris. Ia lahir sepanjang waktu jalan pulang dari Cikini Raya ke Madrasah Pembangunan. Itu pun, kalau bukan karena inspirasi dari aksi para penyair di Gedung Perpustakaan HB. Jassin, pastilah hanya bertemu jalan buntu. Hanya saja, saya dan Alvian harus meninggalkan acara lebih cepat karena urusan lain, urusan yang tidak mungkin ditunda. Batas toleransi ikut acara hanya sampai pukul 15.30. Jadi, acara “Diskusi, Baca Puisi dan Peluncuran Buku Jakarta dan Betawi 4 Ke

WISUDA 38 MILIAR

Toga. Foto Credit: https://rejogja.republika.co.id/ PKM dan Saya Pada Sabtu 19 Agustus 2023 kemarin, saya menghadiri acara wisuda. Bukan wisuda anak-anak TK, SD, SMP, atau SMA yang kemarin sempat ramai dibincangkan media, ini wisuda pendidikan nonformal untuk para mubaligh Muhammadiyah. Jadi, setelah empat bulan mengikuti Pendidikan Kader Mubaligh (PKM), mereka yang dinyatakan lulus berhak diwisuda. Meskipun wisuda dikemas sederhana, wajah-wajah wisudawan tampak ceria. Bisa jadi, keceriaan itu adalah ekspresi gembira karena mereka lulus dan berhak diwisuda. Apalagi, acara dirangkai pesan bernas dari Ketua Korps Mubaligh, ketua PDM Kota Depok, dan diakhiri ceramah pencerahan dari KH. Fahmi Salim, Lc., MA. Isi ceramah Kiai Fahmi bahkan boleh saya sebut “mewah” sekali. Jadi, ini sungguh-sungguh wisuda yang mencerahkan yang memantik alumni PKM Angkatan ke-2 punya wawasan global. Saya pribadi punya catatan sendiri pada PKM. Entah, apakah Korps Mubaligh Muhammadiyah Kota Depok sebagai peny

MEREBUT PERHATIAN MELALUI MEDIA

Ada yang berambut putih terselip di antara Ketua Majelis. Foto Credit Andi Maulana Pemilihan calon Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok pada Musyda ke-7 berlangsung sukses. Agenda 5 tahunan yang digelar di Perguruan Muhammadiyah Cinangka pada 28 Juni 2023 itu menggunakan e-Voting. Pada rilis hasil voting dengan ekSIS e-Voting System v.4.0, nama saya ada tercantum pada posisi 19 dengan 43.00 Point. “Kagak salah ini?” Saya merespons. Eits, tunggu dulu! Respons demikian itu bukan karena “ke-ge er an”.  Apalagi bermaksud sebagai jemawa bahwa seharusnya saya bisa meraih poin di atas 43.00. Bukan. Saya hanya menakar diri dan merasa posisi 19 itu terlalu “mewah” buat saya. Belakangan, saya diberi tahu kolega di Muhammadiyah Daerah bahwa nama saya diusulkan masuk jajaran di Majelis, entah majelis apa. Pada 25 Juli 2023 kemarin, nomor kontak saya sudah terhubung dengan Grup WA Majelis Pustaka dan Informasi MPI PDM Kota Depok 2022-2027 bersanding dengan 13 anggota majelis. Wah, berarti, seri

HW PRAMUKA DAN WEAVER ANT

Semut Rangrang. Foto Credit : https://www.mongabay.co.id/ Sewaktu SMA, setiap Sabtu, sering risi diledekin sebagai “Semut Rangrang”. Ledekan itu sebab warna seragam Pramuka yang saya kenakan. Memang sih, seragam Pramuka agak mirip dengan warna tubuh Weaver Ant yang gemar membentuk koloni. Gigitannya juga nyelekit. Ups! Sungguh terlalu! Akan tetapi, jangan lupa, si Weaver Ant ini juga punya skill menganyam yang keren. Maka dari itu ia disebut “Weaver Ant” . Rumah mereka adalah anyaman dari daun di mana semut merah ini bersarang. Sarangnya adalah mahakarya seni arsitektur paling orisinal di muka bumi. Bayangkanlah karunia Tuhan pada makhluk kecil yang satu ini. Meskipun tubuhnya hanya seukuran 0,3-04 inch atau kira-kira 8-10 mm, kreativitasnya besar melampaui tubuhnya. Luar biasa. Jadi, di samping gigitannya yang terasa nyelekit, saya pikir-pikir, keahlian menganyam ini mirip dengan skill tali-temali dan membuat simpul ala anggota Pramuka. Lha, kok mirip, ya? Ah, boleh jadi ini cuma

ROKOK DAN TRAGEDI KETAPEL

Ilustari ketapel: Forto Credit: https://www.kilasbali.com/ Mata kanan dikabarkan bisa cacat permanen. Bisa jadi, psikologisnya pun ‘cacat’ lebih permanen. Mata yang cacat itu bukan karena rusak dimakan penyakit, bukan pula sebab kecelakaan. Mata kanan itu rusak dan menjadi cacat karena diketapel. Miris. Tahu ketapel? Pada masa purba, orang menggunakan pelontar peluru dari batu dengan senjata bernama manjanik. Nah, ketapel itu semacam modifikasi dari manjanik. Orang kampung saya menyebutnya “slepetan”, peralatan tempur untuk memburu tekukur, tupai, atau kelelawar. Adalah Zaharman, orang yang mengalami insiden slepetan itu. Zaharman boleh jadi tidak menduga mata kanannya akan berakhir cacat di lingkungan pendidikan. Ya, Zaharman seorang guru di sebuah SMA di Rejang Lebong, Bengkulu, di tempatnya mengajar. Lalu, apa dosa Zaharman? Apakah dia korupsi dana BOS? Ketahuan jual beli kursi siswa baru yang tersingkir karena kebijakan zonasi? Atau ia tertangkap basah melakukan pelanggaran etik s

TEMPAT ELIT ITU PERPUSTAKAAN

Library with hanging bulbs. Foto credit  🇸🇮 Janko Ferlič , on Unsplash. Di lingkungan sekolah, pernah berembus anggapan bahwa perpustakaan tidak lebih sebagai "tempat buangan" para guru bermasalah. Entah. Siapa yang memulai embusan anggapan itu, tidak jelas sosoknya. Apa maksudnya, pun lebih tidak jelas lagi. Hanya saja, ketidakjelasan ungkapan dua kata di atas cukup "menyakitkan" bagi dunia literasi. Orang umum pun, hampir pasti akan berpikir bahwa maksud "tempat buangan" itu tidak pelik dimengerti, semudah menjawab pertanyaan: di mana akan diletakkan barang-barang usang yang tidak terpakai lagi? Akan tetapi, boleh jadi ungkapan di atas justru lahir dari ruang perpustakaan. Orang dengan minat literasi yang baik, kecewa dengan wajah perpustakaan sekolah yang minim kreasi dan inovasi, khususnya kreasi dan inovasi yang memantik minat baca dan minat mencipta hasil bacaan di perpustakaan. Ia hanya ruang persegi empat tempat menyimpan koleksi. Sebatas layana

AISYAH RA DAN NARASI SELINGKUH

Ilustrasi wolf in sheep's clothing . Foto credit: https://www.pxfuel.com 1000 personel pasukan muslim yang dikerahkan dari Madinah menyisakan 700 personel. 300 personel membelot. Mereka urung berjihad di Medan Uhud (Maret 625 M). "Kalian mau mati sia-sia di Uhud?” Provokasi inilah yang memancing 300 personel itu membelot. Saat perang Bani Musthaliq (Januari 627 M) baru saja usai, giliran kaum Anshar dan kaum Muhajirin diprovokasi. "Kalian tahu wahai kaum anshar? Kalian menolong muhajirin ini ibarat sedang memberikan makan kepada anjing. Dan anjing itu akhirnya menggigit kalian. Untuk apa kalian membantu orang muhajirin? Kalian itu anshar yang bisa lebih hebat daripada muhajirin. Dan lihatlah, kita ini orang-orang mulia dan akan mengusir orang-orang hina tersebut." Kalimat provokasi ini sampai ke telinga Umar bin Khattab RA. Umar marah dan meminta izin kepada Nabi SAW untuk memenggal sang provokator. Namun, Nabi SAW melarang Umar dan memilih memaafkan. Pada tah