Saya dan Alvian Rivaldi Sutisna. Berpose di depan mural HB. Jassin dan Chairil Anwar di PDS. HB. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini. Foto milik Alvian. Biarlah aku menatap saja Sambil takjub memeluk lutut Menikmati gemulai dansa kata-kata para pujangga Indah sekali tarian diksi di atas panggung sastra yang tak pernah punah siang itu Aku terkesima Ternyata, begini rasanya masuk atmosfer mereka *** Payah rasanya menulis puisi itu. Enam kalimat di atas saja, otàk terasa “remuk”. Tapi, “seremuk-remuk” rasanya, jadi juga ia enam baris. Ia lahir sepanjang waktu jalan pulang dari Cikini Raya ke Madrasah Pembangunan. Itu pun, kalau bukan karena inspirasi dari aksi para penyair di Gedung Perpustakaan HB. Jassin, pastilah hanya bertemu jalan buntu. Hanya saja, saya dan Alvian harus meninggalkan acara lebih cepat karena urusan lain, urusan yang tidak mungkin ditunda. Batas toleransi ikut acara hanya sampai pukul 15.30. Jadi, acara “Diskusi, Baca Puisi dan Peluncuran Buku Jakarta dan Betawi 4 Ke