Langsung ke konten utama

AISYAH RA DAN NARASI SELINGKUH


Ilustrasi wolf in sheep's clothing. Foto credit: https://www.pxfuel.com

1000 personel pasukan muslim yang dikerahkan dari Madinah menyisakan 700 personel. 300 personel membelot. Mereka urung berjihad di Medan Uhud (Maret 625 M). "Kalian mau mati sia-sia di Uhud?” Provokasi inilah yang memancing 300 personel itu membelot.

Saat perang Bani Musthaliq (Januari 627 M) baru saja usai, giliran kaum Anshar dan kaum Muhajirin diprovokasi. "Kalian tahu wahai kaum anshar? Kalian menolong muhajirin ini ibarat sedang memberikan makan kepada anjing. Dan anjing itu akhirnya menggigit kalian. Untuk apa kalian membantu orang muhajirin? Kalian itu anshar yang bisa lebih hebat daripada muhajirin. Dan lihatlah, kita ini orang-orang mulia dan akan mengusir orang-orang hina tersebut."

Kalimat provokasi ini sampai ke telinga Umar bin Khattab RA. Umar marah dan meminta izin kepada Nabi SAW untuk memenggal sang provokator. Namun, Nabi SAW melarang Umar dan memilih memaafkan.

Pada tahun yang sama setelah perang Bani Musthaliq, sang provokator berulah lagi. Dia menuduh Siti Aisyah RA telah selingkuh. Hampir tidak ada sahabat yang tidak percaya isu perselingkuhan tersebut. Gemparlah seluruh Madinah. Shafwan bin al-Mu'aththal, laki-laki yang menjadi sasaran penyerta fitnah itu memilih diam. Demikian pula Asiyah. Isu perselingkuhan itu baru reda saat turun QS. An-Nuur [24] :11 yang membersihkan nama Aisyah dan Shafwan.

Pelaku tiga isu di atas adalah orang yang sama; Abdullah bin Ubay bin Salul. 

Saat Nabi SAW baru pulang dari perang Tabuk (Oktober 630 M), Abdullah bin Ubay jatuh sakit yang membawa pada kematiannya. Anak Abdullah bin Ubay datang kepada Nabi SAW seraya meminta jubah beliau untuk dijadikan kain kafan ayahnya. Nabi memenuhi permintaan itu dan turut pula menyalatkan jenazah tokoh munafik ini.

Lagi-lagi Umar bin Khattab RA protes, mempertanyakan sikap Nabi SAW yang turut menyalatkan jenazah sosok yang telah begitu banyak merugikan kaum muslimin ini. Rupanya, protes Umar diapresiasi QS. At-Taubah [9]: 84. Ayat itu turun berisi koreksi yang kemudian melarang Nabi SAW menyalatkan orang munafik semisal Abdullah bin Ubay. Bahkan, berdiri untuk berdoa di atas kuburnya pun Nabi SAW dilarang.

Begitulah secuplik tentang sosok Abdullah bin Ubay bin Salul. Sungguh malang nasibnya. Bagaimana tidak, dia orang yang menjadi sebab Nabi SAW diingatkan Allah SWT karena menyalatkan jenazahnya.

Abdullah bin Ubay mati membawa kemunafikan. Dia belum sempat bertaubat, meminta maaf kepada Nabi SAW, Aisyah, dan Shafwan. Ngeri.|

Dua komunitas di Madinah era Nabi ini ada tertulis, baik dalam Alquran maupun hadits. Dua komunitas dimaksud adalah Munafik dan komunitas Yahudi.

Di beberapa kisah, golongan Munafik dan Yahudi Madinah berkomplot memusuhi Nabi SAW dan kaum muslimin. Bahkan, mereka membangun aliansi dengan Musyrikin Makkah untuk memerangi Nabi SAW dan kaum muslimin.

Satu kali, Abdullah bin Ubay meminta pembebasan kaumnya yang terlibat pada peristiwa pengusiran Yahudi Bani Qainuqa yang melanggar Perjanjian Madinah karena bergabung dengan Musyrikin Makkah pada perang Badar (Maret 624 M) dan Uhud (Maret 625 M).|

Di antara nama-nama surah dalam Alquran pun, ada terselip surah "Al Munafiqun" (surah ke-63) dan surah Al Kafirun ( surah ke-109). Informasi acak perihal dua komunitas ini juga tersebar di beberapa ayat dan surat yang berbeda-beda.

Tidak sedikit berita, baik hadits maupun atsar yang mengabarkan eksistensi keduanya dalam banyak riwayat. Pendek kata, baik golongan Munafik maupun Yahudi tertulis dalam lembaran-lembaran Alquran dan hadits.

Salah satu arti penting eksistensi keduanya disinggung Alquran dan beberapa riwayat dalam hadits adalah ibrah  untuk kaum muslimin akan bahaya dari tipu daya, makar, serta sikap permusuhan mereka. Di sini, Allah SWT dan Nabi SAW hendak mengajarkan kepada kaum muslimin agar bersikap hati-hati.|

Ada kalanya, kelompok munafik lebih berbahaya dari orang kafir. Bisa jadi, tidak lain karena karakter munafik adalah musuh dalam selimut, serigala berbulu domba. Lisannya menyatakan keimanan, tapi hatinya menyimpan kekafiran.

Hati orang munafik menyimpan nifak (sifat dari munafik). Nifak artinya "lubang". Pada lubang itulah wajah asli mereka disembunyikan. Maka, jangan heran bila mulut orang munafik berkata "putih", tapi sebenar hatinya berkata "abu-abu", "hitam", atau "cokelat".

Orang munafik gemar bersiasat. Di siang hari di hadapan Nabi SAW dia berkata "kewajiban kami hanyalah taat" (seperti disinggung pada QS. An-Nisa [4] : 81). Saat itu, mereka bersikap seperti sikap orisinal orang-orang beriman. Akan tetapi, di malam hari, sebagian mereka bertemu dan mengatur siasat. Tentu saja, siasat mereka di malam hari itu poinnya bertolak belakang dari pengakuan yang dikatakan mereka pada siang hari tadi di hadapan Nabi SAW.

Penipu. Begitulah mereka.|

Orang ramai sudah mafhum, orang munafik itu sukar dipercaya. Kata-katanya tidak bisa dipegang. Hatinya sukar ditebak. Manuvernya tak terbaca.

Nah, yang jarang diketahui banyak orang, orang munafik itu punya kecerdasan linguistik. Banyak orang terkagum-kagum pada kecerdasan linguistik mereka ini. "Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur katanya," begitu yang disinggung QS. Al Munafiqun [63] : 4. Sampai-sampai, Nabi SAW saja sangat khawatir atas potensi kecerdasan mereka ini.

Akan tetapi, bukan soal kecerdasan linguistiknya yang dikhĂ watirkan Nabi SAW, melainkan daya rusak kecerdasan itu yang disalahgunakan mereka. Bayangkan, Aisyah RA, istri Nabi SAW, putri Abu Bakar RA, perempuan suci bergelar Ummul Mukminin saja jadi korban daya rusak kecerdasan mereka itu. “Inna akhwafa ma akhafu 'alaikum ba’di kullu munafiqin ‘alimul lisan.”Sungguh, yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafik yang pintar berbicara. Demikian pesan Nabi SAW menurut riwayat Imam At-Tabrani.

Wallahu a’lam bishawab.

Malam Jum’at. 3 Agustus 2023.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap