Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

DOORPRIZE PALING MAHAL

Doorprize Jalan Sehat Milad Muhammadiyah ke-109. Foto credit WA Grup Muhammadiyah Pulo Doorprize Milad MILAD Muhammadiyah ke-109 sudah berlalu lebih dari 10 hari sudah. Meriah sekali. PRM Pulo menggelar Jalan Sehat menyambut Milad itu. Ada doorprize -nya. Kulkas, mesin cuci, kipas, dan hadiah-hadiah hiburan yang menarik. 300 kupon doorprize yang disediakan panitia tidak cukup. Warga Muhammadiyah Ranting Pulo yang ikut Jalan Sehat melebihi ekspektasi Panitia. Alhamdulillah, ternyata jamaah Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Ortom masih melimpah. Hari pada Resepsi Milad itu, orang tua, pemuda, dan anak-anak, berbondong-bondong ikut Jalan Sehat. Ada lebih dari lima peserta balita ikut pula dari atas stroller . Tampak, semangat merayakan Milad dari yang paling muda sampai yang paling tua menyala-nyala. Semoga, bukan karena doorprize itu antusiasme jamaah Muhammadiyah tumpah ruah, tapi karena didorong oleh rasa syukur atas nikmat ber-Muhammadiyah yang tidak bisa dibendung. Milad Effect TIDAK

MBAK UPI; KENANGAN ATAS TUMIS PEPAYA MUDA

  Tumis pepaya muda./Copyright cookpad.com/Christina Murni Utami Pagi tadi, kabar duka sampai ke telinga. Mbak Upi berpulang. Memang, sudah cukup lama kehilangan kontak, sejak pertemanan di FB terputus. Saya ingat, kontak terakhir dengan almarhumah di FB itu soal tumis pepaya muda. Tumis sederhana, namun terasa mewah. Mbak Upi menimpali, “Kapan-kapan, kita ngumpul lagi Pak Abdul. Kita makan tumis pepaya bareng-bareng Pak Jabal lagi.” Saya aminkan saja candaan itu. Namun, seakan waktu jadi belenggu. Kaki tak jua melangkah. Hingga Mbak Upi berpulang, tumis pepaya muda racikan Mbak Upi itu tak akan bisa saya nikmati lagi selamanya. Tumis pepaya sesedap itu, salah satunya hadir dari racikan dapur rumahnya. Dari bahan sederhana dan biasa-bisa, jadi istimewa. Komposisi rasa gurih, asin, manis, dan pedasnya pas sekali. Ngena betul di lidah. Saya tak tahu, bagaimana cara Mbak Upi mengolahnya. Apa karena sudah jam makan siang dan perut sudah minta diisi? Bisa jadi. Adakah bumbu rahasia di bali

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

TEKOKAK DAN MASA LALU

Foto pribadi. Jepretan Samsung A 12 KAMPUNG ini memang sudah berubah. Sungai-sungai kecilnya tak lagi menjadi rumah bagi ikan-ikan liar. Ikan benter, cere, udang, sepat, atau mujair tak bisa lagi dijumpai di sana. Bukan karena ikan-ikan itu tidak betah lalu bermigrasi mengikuti aliran sungai lalu tidak kembali ke kampung ini, bukan. Ikan-ikan itu lenyap bersama sungai kecilnya yang ditimbun batu, pasir, dan conblock. Kampung ini memang sudah berubah. Sawah-sawahnya yang dahulu menghampar, tak lagi menjadi lahan subur di mana tumbuh genjer dan gulma yang sedap bila ditumis. Genjer dan gulma itu, kapan saja bisa dipanen cuma-cuma kalau mau. Akan tetapi, genjer dan gulma itu ikut raib bersama ikan-ikan liar dari sungai kecil itu. Bukan karena tanah sawah-sawah itu sudah tidak subur lagi, bukan. Melainkan, sawah-sawahnya juga sudah ditimbun pasir, split, aspal, juga  conblock .  Kampung ini memang sudah berubah. Burung-burung liar yang selalu datang pagi dan petang, terbang entah kemana.

“BAU” SUMANTO DALAM KEKERASAN SEKSUAL

“Bau” Sumanto? Memang, Sumanto bau apa? Sabar. Pelan-pelan saya jelaskan. Pertama , Sumanto di sini bukan Sumanto pemakan mayat. Ini Sumanto lain. Ini Sumanto “intelek”. Kedua , tentang “Bau”. Ini bukan bau keringat, bau iler, atau bau kentut Sumanto. Akan tetapi, “Bau Pemikiran” Sumanto. Ketiga , kekerasan seksual. Apa Sumanto melakukan kekerasan seksual? Enggak. Jangan salah sangka dulu. Bahkan Sumanto bukan hanya demokratis soal seksual, bahkan cenderung liberal. Karena itu, dia tidak mungkin melakukan kekerasan dimaksud. Terus, maksud bau di sini apa? Maksudnya, ada bau-bau pemikiran Sumanto tentang kekerasan seksual dalam Permendikbudristek RI Nomor 30 Tahun 2021. Permendikbudristek Akhir-akhir ini, sedang ramai dibicarakan Permendikbudristek RI Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi. Permen ini dipermasalahkan sejumlah pihak karena dianggap bermasalah. Titik krusial yang dipersoalkan salah satunya pasal 5 ayat 2 hur