Langsung ke konten utama

BUNGKUS GORENGAN


Bu Nuril keluar dari ruangan Pak Kusnadi dengan muka memerah. Pikirannya tertuju pada satu orang yang disangkanya dalang dari bocornya laporan keuangan studi wisata itu. Jari jemarinya lalu dengan cepat menekan nomor-nomor pada keyboard ponselnya.

PAK Gusnadi memanggil Bu Nuril ke ruangannya. Mukanya memerah menahan kesal.

“Mengapa bisa begini, Bu Nuril? Ibu bilang laporan keuangan aman!”

Pak Gusnadi mengingatkan Bu Nuril, bila mereka tidak bisa mempertanggungjawabkan masalah ini, bukan tidak mungkin yayasan akan mencabut mandat mereka sebagai kepala dan wakil kepala sekolah.

Bu Nuril tidak menjawab. Mau menjawab apa, sebab mereka berdua yang merancang laporan keuangan itu.

“Bisa jadi, bukan cuma jabatan kita yang akan dicopot, Bu Nuril. Bagaimana kalau kita dipecat dari Budi Mulia?”

“Tapi, selisih uang itu bukan untuk kita sendiri kan, Pak? Separuh kita distribusikan pada teman-teman panitia sesuai keringat mereka masing-masing.”

“Itu pula jawaban yang saya sampaikan kemarin.”

“Terus, apa masalahnya?”

“Masalahnya, Bu Retno bertanya, mengapa panitia tidak mengajukan tambahan honorarium saja daripada memasukan angka tidak sesuai dengan pengeluaran? Kuitansi pun sempat ditanyakan Bu Retno.”

Bu Nuril keluar dari ruangan Pak Kusnadi dengan muka memerah. Pikirannya tertuju pada satu orang yang disangkanya dalang dari bocornya laporan keuangan studi wisata itu. Jari jemarinya lalu dengan cepat menekan nomor-nomor pada keyboard ponselnya.

Bolak-balik Bu Nuril menempelkan ponsel di telinganya. Menekan kembali tombol call berkali-kali. Rupanya panggilannya tak juga dijawab. Bu Nuril tampak gusar. Lalu, jari jemarinya bergerak lagi, lebih cepat, lebih panjang dari sekadar menekan nomor kontak orang yang hendak dia hubungi. Beberapa saat kemudian, jempol Bu Nuril sudah mendahului mengirimkan pesan WhatsApp sebelum hati dan pikirannya berbicara memberi pertimbangan.

Bu, apa maksudnya ini? Inikah maksud Ibu ingin belajar membuat laporan keuangan yang aman dengan mengadu pada yayasan? Jika Ibu ingin kembali ke Budi Mulia, bukan begini caranya. Ibu pikir saya takut, terus dipecat gara-gara hal sepele ini? Tidak, Bu. Saya kenal baik dengan orang-orang yayasan.

Memang, tidak punya pekerjaan tetap itu sangat menyiksa. Saran saya, mengapa tidak berjualan sayur keliling keluar desa Makmur? Sayuran melimpah di sini. Ibu bisa ngutang dulu pada petani. Menyedihkan memang. Tapi, jangan gengsi, Bu. Meskipun Ibu sarjana computer programming, tak ada salahnya mencoba merintis jadi “pengusaha” sayuran. Oh, iya. Tolong sediakan waktu, saya ingin bertemu dan memberi pelajaran yang setimpal atas cara norak ibu mengadu pada yayasan! Saya tunggu!
Centang satu. Centang dua. Centang dua warna biru.

Bu Nuril tak berkedip memandangi layar ponselnya. Berharap ada respon. Namun, respon balasan tidak kunjung ia terima. Bu Nuril berpikir, bisa jadi karena orang yang menerima pesannya tidak punya alasan atau takut untuk merespon.

Sampai seharian, Bu Nuril tidak juga mendapat respon. Dia kesal. Ditekan kembali nomor yang sama. Lagi-lagi panggilannya tidak dijawab. Bu Nuril bertambah kesal. Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk ke ponselnya. Bu Nuril berharap itu pesan yang dia tunggu-tunggu. Akan tetapi, lagi-lagi Bu Nuril kesal. Pesan masuk itu dari Pak Gusnadi.
Pertemuan rutin bulanan dengan yayasan mendadak dimajukan. Barusan saya dihubungi Pak Suyudi. Yayasan mengundang silaturahmi dengan seluruh guru dan karyawan Budi Mulia Sabtu depan. Bu Retno mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Bu Nuril menghubungi Pak Gusnadi menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk pertemuan itu. Dia juga ingin tahu sikap akhir yayasan mengenai laporan keuangan yang kemarin dipersoalkan.
Baik, Pak.
Bu Nuril ingatkan saja semua guru, jangan sampai ada yang tidak hadir. Ini acara penting yayasan. Jangan lupa seragam. Pakai seragam batik cokelat Budi Mulia.
Kalau boleh tahu, sikap resmi yayasan soal laporan keuangan itu bagaimana?
Pak Gusnadi menarik napas.
Segala transaksi pengadaan barang kebutuhan kepanitiaan dari pihak ketiga akan ditangani langsung bendahara yayasan untuk menjaga iklim transaksi yang sehat. Panitia hanya punya wewenang mengajukan alokasi honorarium panitia. Ini berlaku untuk semester depan dan seterusnya.
Bu Nuril terdiam. Dalam diam itu, pikirannya melintas pada orang yang dia duga telah sengaja membocorkan laporan keuangan itu pada yayasan. Sekarang, dia merasa perlu masalah ini harus dibicarakan dengan Pak Gusnadi.
Maaf, Pak. Sepertinya ada orang ketiga yang membocorkan laporan keuangan itu pada yayasan. Saya tahu siapa orangnya.

Saya juga tahu.
Bu Nuril terhenyak.
Kalau begitu, sebaiknya kita selesaikan, Pak.

Tidak perlu. Masalah ini dianggap Bu Retno sudah selesai.

Syukurlah kalau masalah ini oleh yayasan sudah dianggap selesai. Tapi dengan pihak yang membocorkan laporan itu kepada yayasan, saya rasa belum. Menurut saya, orang ini sudah lompat pagar mencampuri urusan intern Budi Mulia. Dia sudah merusak reputasi kita.” Ucap Bu Nuril kesal sambil menyebut pihak ketiga yang dia maksud.

Bukan!Vendor kaus seragam studi wisata yang melaporkan.
Bu Nuril terkesiap.

Pak Gusnadi lalu mengulang cerita Bu Retno, bahwa sebelum dia diminta bertemu yayasan, pemilik konveksi menghubungi Bu Retno melalui nomor kontak yayasan yang tertera pada kop laporan. Kronologisnya bermula dari pemilik konveksi membeli gorengan. Dia terkejut mendapati informasi pada kantong kertas gorengan yang dibelinya. Ternyata itu bagian dari dokumen laporan keuangan panitia studi wisata Budi Mulia. Dalam laporan itu disebutkan nama konveksi miliknya sebagai rekanan penyedia seragam.
Ada tanda tangan kita dalam dokumen kantong gorengan itu.
Perasaan Bu Nuril berubah menjadi gelisah.

Pak Gusnadi melanjutkan penjelasannya.

Pemilik konveksi terkejut, ada selisih transaksi yang cukup besar antara harga beli dengan angka yang tertulis dalam laporan. Pemilik konveksi bukan hendak menuntut, tapi meminta penjelasan mengapa ini bisa terjadi. Sebab katanya, ini menyangkut reputasi konveksinya bertalian dengan kualitas barang dengan harga yang tidak sepadan. Harga yang tertera dalam laporan adalah harga untuk kualitas bahan eksklusif, sementara harga transaksi dengan Budi Mulia adalah kaus dengan bahan biasa.
Rasanya kok, seperti kebetulan ya, Bu Nuril. Pemilik konveksi itu kolega Bu Retno. Mereka dahulu sama-sama relawan. Dan, reputasi kita hampir benar-benar tamat gara-gara angka di balik bungkus gorengan itu.
Wajah Bu Nuril memucat. Jantungnya berdetak cepat saat Pak Gusnadi meminta Bu Nuril mencari tahu, siapa yang sudah bertindak ceroboh menjual berkas-berkas dan kertas tak terpakai Budi Mulia kepada tukang loak. Sebab, pangkal persoalan yang tengah membelit mereka berdua ada di sana.
Halo! Halo, Bu Nuril! Halo!

DALAM kata sambutannya, Bu Retno menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus yayasan, karyawan, pendidik dan tenaga kependidikan yang telah membersamainya sejak Budi Mulia berdiri. Kepada pendidik dan tenaga kependidikan yang baru beberapa tahun belakangan bergabung pun, Bu Retno juga menyampaikan ucapan terima kasih yang setara.

Pada kesempatan itu pula, Bu Retno menyilakan Pak Suyudi yang dipanggilnya “Pak Yudi” untuk membacakan Surat Keputusan Yayasan Budi Mulia tentang penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dengan masa tugas terlama. Masing-masing mendapat penghargaan satu unit rumah untuk masa pengabdian 25 tahun, haji untuk masa pengabdian 20 tahun, dan satu unit sepeda motor untuk untuk masa pengabdian 15 tahun. Seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga mendapat kenaikan gaji dan tunjangan yang dihitung berdasarkan rasio masa pengabdian.

Yayasan juga memberikan penghargaan kepada peserta didik, Pak Gusnadi, dan guru pembimbing yang telah mengantarkan Budi Mulia meraih peringkat kedua pada Kompetisi Sains Nasional-Provinsi (KSN-P). Pak Gusnadi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S-2. Sedangkan peserta didik yang tergabung pada tim KSN-P Budi Mulia mendapatkan masing-masing satu unit laptop dan gratis biaya SPP selama setahun. Sedangkan penghargaan untuk guru pembimbing KSN-P tidak disebutkan dalam surat keputusan itu.

“Hari ini saya mundur dengan hati lega.”

Dari atas podium, Bu Retno menyebutkan alasan pengunduran dirinya. Masalah kesehatan dan usia tidak memungkinkan lagi baginya memimpin yayasan. Namun, dia senang sekali karena orang yang akan menggantikannya adalah sosok yang tepat, masih muda, cerdas, dan energik untuk masa depan Budi Mulia.

Pada kesempatan itu pula, Bu Retno menyinggung soal Tika Pratiwi. Bu Retno tahu, banyak pendidik dan tenaga kependidikan Budi Mulia saat ini penasaran seperti apakah wajah Tika Pratiwi, sosok yang menginspirasi mereka bekerja di Budi Mulia.

“Saya sangat beruntung pernah mengenal Tika Pratiwi,” lanjut Bu Retno.

Bu Retno menceritakan soal Tika Pratiwi yang disebutnya sebagai sahabat yang lebih dia hormati setelah mereka sama-sama mendirikan Budi Mulia.

“Dan hari ini, melalui Pak Gusnadi, Tuhan mempertemukan saya kembali pada sahabat saya yang lain, Nida Farhana. Saya, Tika Pratiwi, dan Nida Farhana sama-sama relawan yang dikirim ke Afrika. Kami bertiga berkawan dekat. Hanya saja, saya kehilangan kontak dengan Nida setahun setelah kami kembali dari Afrika. Rupanya, Nida sibuk mengurus usaha konveksi yang dirintis bersama suaminya yang pengusaha tekstil.”

Bu Retno lalu menyambungkan cerita tentang Tika dengan memperkenalkan Pak Wahyu, suami Tika Pratiwi. Selama ini, Pak Wahyu memang tidak banyak terlibat langsung dalam mengurus yayasan. Hari ini, Pak Wahyu pun menyatakan akan mundur dari dewan pengurus harian. Dia dan Bu Retno akan duduk sebagai Dewan Pembina Yayasan Budi Mulia.

Pak Gusnadi yang semula tampak rileks, mulai tak tenang. Pikirannya kembali pada persoalan laporan keuangan gara-gara nama Nida Farhana. Beberapa kali dia membuka ponselnya sekadar mengurangi kegelisahan. Bu Nuril tampak pula mulai tak tenang.

Beberapa saat kemudian, Bu Retno menyebut nama ketua Yayasan Budi Mulia yang baru; Berlianti Kusumawardhani. Semua mata terbelalak. Apalagi saat disampaikan bahwa Berlianti Kusumawardhani tidak lain putri tunggal Tika Pratiwi.

“Jika Bapak dan Ibu ingin tahu seperti apa wajah Tika Pratiwi, lihatlah Bu Berli. Bu Berli ini copy paste Tika seusianya sekarang.” Ucap Bu Retno mengakhiri seremoni di atas podium.

Bu Nuril speechless.

Beberapa saat kemudian, Berlianti yang datang dari balik tirai langsung menuju podium dan memberi kata sambutan didampingi Bu Retno. Dalam kata sambutannya, Berlianti berkata bahwa Budi Mulia sangat beruntung memiliki para pendidik dan tenaga kependidikan berkarakter. Hadirin berdiri menyambut kata sambutan Berlianti. Tepuk tangan meriah bergemuruh.

Bu Nuril meraih ponsel dari tas di pangkuannya. Jari-jemarinya mengetik cepat. Rupanya, Bu Nuril tengah berusaha menghapus pesan WA yang dia kirim kepada guru infal beberapa waktu yang lalu sementara matanya yang nanar masih menatap podium.

Sepuluh menit kemudian, grup WA guru Budi Mulia heboh. Bu Nuril berubah pucat. Puluhan WA masuk meminta klarifikasi atas pesan yang dia kirim. Rupanya, pesan WA yang hendak dia hapus malah di-forward ke grup WA guru Budi Mulia tanpa dia sadari.|


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap