Langsung ke konten utama

Selamat Jalan Sahabat Literat

Punya banyak sahabat itu menyenangkan, namun kehadiran sahabat literat di antara para sahabat itu menyempurnakan.

Sabar


Ia penyabar. Kalau bukan karena sifatnya itu, rasanya tak cukup syarat buat ia mengajar peserta didik kelas 1 tingkat Ibtidaiyah.

Saya tak tahu persis, masa baktinya yang sudah 24 tahun di Madrasah Pembangunan, apa sejak semula memang ia mengajar di kelas 1. Bila iya, 'gak kebayang kesabarannya. Andaikan saya, oh, bisa mengibarkan bendera putih sebelum bel istirahat berbunyi.

Bolehlah disebut, siapa pun guru yang mengajar kelas-kelas awal, punya kesabaran level berlapis dibanding guru yang mengajar kelas-kelas di atasnya. Dan, ia adalah satu dari para guru yang punya kesabaran berlapis itu.

Dari tutur kata dan air muka, memang ia penyabar serta murah senyum. Hampir tidak pernah saat bertemu dengannya, ia menampakkan air muka yang keruh.

Humoris

Ia punya sense of humor. Tidak ada kesempatan berkumpul bersama berlalu tanpa joke-joke-nya yang membuat suasana jadi segar. Dan, semua orang  bisa tertawa lepas saat ia melempar joke, sementara ia sering hanya menahan tawa sambil menutup mulut. Seolah, ia sudah cukup puas dengan menyaksikan sahabat-sahabatnya terpingkal-pingkal.

Ada keceriaan saat ia hadir. Kadang, rapat-rapat redaksi yang kaku karena mengejar deadline, menjadi lentur karena joke-joke-nya ampuh mengendurkan syaraf yang tegang. Saat menjadi redaktur, juga saat menjadi Pemred Al Ashri, saya menikmati joke-jok-nya meski sepintas lalu. Akan tetapi, saya lalu setuju, waktu sangat membutuhkan sosok seperti dia dalam dunia jurnalistik yang kerap "berjudi" dengan taruhan deadline.

Literat

Ia sahabat literat. Sebagai redaktur, dedikasinya mengelola beberapa rubrik majalah Al Ashri tidak pernah terbengkalai. Meski belakangan kesehatannya tak lagi prima, tanggung jawab itu masih mampu diembannya seperti saat ia masih bugar. Bolehlah disebut, Al Ashri merupakan warisan literasi yang ia tinggalkan untuk Madrasah Pembangunan sampai titik dedikasi yang terakhir.

Kalaulah boleh sekali lagi saya dekatkan dedikasinya pada Al Ashri, ia seperti garam yang membuat taste dan aroma hidangan Al Ashri menyeruak dari dasar mangkuk. Sedapnya cita rasa itu terasa kuat sampai cicipan yang terakhir bagi yang memahami seluk-beluk kerja jurnalistik.

Punya banyak sahabat itu menyenangkan, namun kehadiran sahabat literat di antara para sahabat itu menyempurnakan.

Kesan

Kesan saya sangat terbatas pada sahabat penyabar, humoris, dan literat itu. Bisa jadi, ia hanya mewakili diri saya sendiri. Belum tentu orang yang mengenal sosoknya lebih dekat dari saya setuju sebab kesan saya belum cukup menggambarkan pribadinya lebih layak.

Akan tetapi malam ini, saat orang-orang yang mengenalnya berkumpul dalam majelis virtual bersamaan dengan jasadnya disalatkan lalu dikuburkan, semua memberi kesaksian bahwa ia orang baik, bahwa semua merasa kehilangan karena kebaikannya.

Saya percaya, semua orang punya kesan sendiri pada sosoknya. Ada banyak yang punya kesan itu, tapi tak ingin diucapkan, tak sempat pula dituliskan. Namun apa pun itu, semua sepakat bahwa doa yang terbaik untuknya malam ini dan malam-malam sesudahnya adalah jalan kesan paling berharga untuknya yang dipersembahkan pada kali terakhir. Atau, meminjam ungkapan host–maestro Ice Breaker Indonesia–sebagai persembahan terindah untuk almarhum.

Selamat Jalan


25 Juni 2021, pukul 15.48 WIB saya masih kontak. Pak Hasan memang rajin "menagih" tulisan saya untuk rubrik "Teras Literasi" Majalah Al Ashri. Tak menyangka, itu komunikasi saya yang terakhir.

Hari ini, Rabu 21 Juli 2021, pukul 06.07 pagi, ia dikabarkan kritis dan sedang membutuhkan oksigen. Melihat foto yang dilampirkan pada kabar yang menghentak perasaan itu, memang tampak kondisinya begitu lelah. Seketika saja, doa-doa terbaik memenuhi halaman WhatsApp grup di semua lini madrasah. Saya percaya, semua mencemaskannya dalam kepasrahan doa-doa yang mengiring harapan agar ia lekas sembuh, lekas kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Akan tetapi, semua tak bisa mengelak atas takdir. Ia berpulang. Innalillahi wainnaa ilaihi raaji'uun. Purna sudah amal baktinya di Madrasah Pembangunan. Maafkan saya, maafkan kami semua bila kemarin belum sempat meminta keikhlasanmu bila ada yang membuatmu tergores. Semoga Allah memaafkan segala khilaf dan menerima semua kebaikanmu. Keluarga yang ditinggalkan menerima dengan ikhlas, sabar, dan tabah. Aamiin.

Selamat jalan Pak Hasan, selamat jalan sahabat literat.

Depok, 21 Juli 2021.

Komentar

  1. Benar, Pak Hasan adalah sosok yang menyenangkan. Kehadirannya di saat masih masa normal, selalu membuat suasana menjadi cair, akrab, segar, dan ringan. Apalagi senyumnya yang khas, seperti orang yang sedang menahan tawa. Dan itu membuat orang yang di sekelilingnya turut merasakan kebahagiaan.
    Penyabar? Ya, beliau seorang penyabar. Tutur katanya yang lembut, tegurannya yang halus terhadap anak-anak muridnya,menjadikan anak tetap menghormati sosoknya.
    Kenangan indah itu sekarang hanya tinggal kenangan. Kita tidak tahu, apakah di antara lisan kita ada yang pernah menyakiti hatinya atau tidak, kita tidak tahu. Yang kita tahu, hanya senyum dan senyum yang tersungging di bibirnya. Semoga beliau memaafkan terhadap apa yang pernah kita katakan. Sehingga kita tidak punya beban dosa yang akan dituntutnya kelak di "Pengadilan Akhirat". Barangkali hanya doa permohonan ampunan untuknya yang bisa kita lakukan sekarang, saat kesempatan ini masih ada. Doa-doa kebaikan untuk orang lain itu akan terpulang kepada si pendoanya. Semoga dengan permohonan doa ampunan untuk beliau kembali kepada diri kita, sebuah ampunan dari Allah yang Maha Ghofuur.
    Selamat jalan sahabatku di alam keabadian. Kelak insya Allah kita akan bertemu di Jannah-Nya. Reuni di kenikmatan sempurna. Di kepuasan sempurna. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Innalillahi wa inna ilaihi roojiun... persembahan terakhir dari Pak Abdul untuk mengenang dedikasi beliau insyaAllah, sebuah tulisan yang menggugah... terima kasih Pak Abdul

    BalasHapus
  3. semoga beliau lapang kuburnya. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap