Langsung ke konten utama

LITERASI PLAGIARISM



Plagiarism Detector. Foto Credit https://www.educatorstechnology.com/

Banjir Resources

HARI ini, proses menulis sangat menyenangkan. Boleh dikata, penulis sangat dimanjakan. Berbagai fasilitas yang menunjang proses kreatif menulis begitu melimpah.

Hari ini, ketersediaan konten bahan tulisan bisa didapat dalam hitungan detik. Saking banyaknya bahan, penulis bisa bingung, mau nulis apa, sebab resources di internet yang di-publish mesin pencari mengular dari hulu hingga hilir.

Hari ini, misalnya, teknologi Google Doc sangat membantu editing ringan. Bila dalam susunan kalimat ada kata yang ditik kurang atau kelebihan huruf, salah tik (typo), Google Doc akan memberi garis merah. Bila kursor diletakkan pada kata bergaris merah itu dan diklik, Google Doc akan memunculkan saran perbaikan kata. Silakan Anda coba.

Hari ini, bahkan membuka kamus KBBI untuk memastikan suatu kata baku atau tidak baku tidak perlu harus beranjak menuju rak untuk merujuk buku tebal itu. Sekali klik, keraguan soal baku atau tidak baku terpecahkan. Lalu, alasan apa kita tidak atau belum mau menulis? Come on!

Orisinalitas

MENULIS konten apa pun, masalah orisinalitas sangat penting. Umumnya penulis, sangat mengerti soal ini. Sebab, kepuasan atas sebuah karya tulis, salah satunya karena ia benar-benar lahir dari ide, gagasan, atau buah pikir autentiknya. Tentu, meskipun bahan-bahan dari tulisan itu didapat dari tulisan-tulisan yang mendahuluinya, tapi dengan kemahirannya mengolah kata, hasilnya tetaplah orisinal, autentik.

Lalu, apakah tulisan orisinal bisa dibuat sementara tulisan serupa sudah banyak bertebaran di mana-mana situs yang memuat?

Bisa. Mengapa tidak?

Yang harus dimanfaatkan hanyalah kecerdasan memahami suatu teks dan mengolahnya kembali dengan komposisi kalimat yang baru, kalimat yang dibingkai oleh ide dan gagasan sendiri. Dan, kemampuan memahami suatu teks serta mengolahnya menjadi wacana orisinal bisa dilatih. 

Mengapa dilatih? 

Ya, karena menulis itu keterampilan, bukan bakat bawaan. Karena itu, ia bisa dilatih. Semakin sering dilatih, semakin terampil menulis.

Plagiat

INTERNET tak ubahnya world library. Apa saja informasi tentang dunia yang dibutuhkan, cukup diakses dari sebuah kotak kecil yang terhubung dengan internet. Orang tidak harus terbang ke Istanbul misalnya, hanya untuk mencari informasi tentang kota yang dahulu bernama Konstantinopel itu. Informasi apa saja dari kota yang dibangun Kaisar Romawi Konstantinus I itu, dari A sampai Z, bisa didapat hanya dengan menekan satu tombol. Byar! Jendela Konstantinopel terbuka lebar dari ribuan item yang bisa diakses.

Akan tetapi, kemudahan ini bukan tidak berbahaya. Melimpahnya sumber data internet yang bisa diakses kapan pun dan di mana pun, bisa menjadi jebakan plagiat (menjiplak) bila tidak hati-hati. Disadari atau tidak, plagiat mempengaruhi banyak hal dalam dunia kepenulisan.

Siapa pun Anda, apa pun konten yang Anda tulis, harus memperhatikan kejujuran ilmiah bahwa karya Anda autentik, lulus dari menjiplak meskipun tidak 100% steril dari plagiat. 

Haruskah demikian?

Harus. Bila tidak, Anda terlibat pada perilaku ketidakjujuran akademik, pelanggaran etika jurnalistik, lebih dari itu, karena plagiat adalah kejahatan penerbitan bila karya Anda dipublikasikan lalu diperkarakan.

Plagiarism Checker

HARI ini, teknologi digital menyajikan mesin pendeteksi. Ia sangat membantu memeriksa tulisan Anda untuk memastikan orisinalitas naskah, apakah mengandung unsur plagiat atau tidak. Bila ada unsur plagiat, berapa persen kandungannya.

Nama teknologi itu salah satunya ialah Plagiarism Checker. Anda bisa berkunjung ke situsnya di https://smallseotools.com/plagiarism-checker/ untuk mengenal dan menggunkannya. Alat ini memang dirancang untuk membantu mendeteksi plagiarism dalam konten berbasis teks digital apa pun dengan cermat, mudah, dan cepat. Pintar sekali.

Perlu dimengerti, plagiat mengandung konsekuensi pada tindakan hukum, restitusi atau denda, sudah tentu merusak reputasi, kehilangan kepercayaan, sanksi akademik, dan banyak lagi konsekuensi sebagai akibat yang merugikan diri sendiri dan banyak pihak. Maka, sudah sewajarnya berhati-berhati pada tindak plagiat, baik disengaja atau tidak. Plagiarism Checker bisa jadi solusi cerdas sebagai bagian dari literasi plagiat yang efektif.

Cara Kerja

CARA kerja Plagiarism Checker sangat sederhana. Pengguna tinggal memasukkan teks yang akan dianalisis unsur plagiarism pada kolom yang tersedia, lalu klik menu Check Plagiarism. Tunggu sejenak. Mesin akan bekerja. Dalam hitungan beberapa detik, hasil analisis akan terbaca pada dua informasi: Plagiarism dan Unique dengan prosentase masing-masing.

Bila ada unsur plagiat pada hasil pengecekan, mesin ini akan menunjukkan dari situs mana saja konten menjiplak itu diduga diambil. Jejak digital ini tampaknya disajikan untuk membantu merujuk  dan membandingkan naskah pada sumber pengambilan, memastikan siapa menjiplak siapa.  

Pada informasi Plagiarism akan muncul perintah: Rewrite Content to Make it Unique. Maksudnya kurang lebih perintah menulis ulang konten yang dimaksud. Tentu dengan redaksi, diksi, atau susunan kalimat yang baru, orisinal sebagai karya yang unik.

Setelah konten ditulis ulang, masukkan kembali pada kolom dan ulangi pengecekan. Bila proses menulis ulang redaksi, diksi, atau susunan kalimatnya sudah benar, hasilnya pasti akan berbeda dari sebelum ditulis ulang. Bisa jadi hasilnya akan 100% unique. Artinya, 100% konten itu orisinal dan bebas dari plagiat.

Bila Anda sedang menulis buku atau modul digital (e-book, e-modul) mesin ini sangat membantu. Anda diajak keluar dari plagiat dan dapat review cepat untuk segera memperbaiki konten.

Hmmm. Teknologi ini seperti Plagiarism Literacy Machine. Sayang jika diabaikan.

Mau coba?

Salam literasi.

Menjelang pulang. Perpustakaan Madrasah Pembangunan. Jumat, 22 Juli 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap