Langsung ke konten utama

JASAD YANG TAK RAPUH

Wisudawan berpose usai acara berlangsung. Foto credit Abdul Mutaqin.

BERUNTUNG selamanya dunia akhirat bagi yang menghafalkannya. Bagaimana tidak, saat ia meninggal jasadnya tetap utuh (tidak dirusak tanah)

Ya Allah, Nak. Jasad kalian saja lebih mulia dariku. Apatah lagi hati dan jiwa kalian. Asal kau ingat, akulah orang pertama yang meminta keberkahan Alquran dalam perantaraan kalian.|

HARI ini hari air mata. Bukan karena mengupas bawang di bibir retina. Bukan. Air mata ini berurai karena sebelas laki-laki dan sebelas perempuan peserta didik MTS Pembangunan UIN Jakarta kelas 9. Mereka meniupkan angin sejuk beraoma hijaiyah. Lebih dahsyat dari percikan aroma bawang. Mata terasa sejuk haru, bukan panas berair, dan lalu meleleh. Lelehannya hangat mengharukan. Ini "air mata Alquran".

Bagaimana tidak, dua puluh dua mereka telah hafal di atas 10 juz, satu orang hafal 22 juz, dan dua orang telah khatam hafal 30 juz. Hari ini mereka diwisuda, memakai mahkota tahfizh, dan melelehkan air mata orang yang menyaksikan. Sanad qira'ah mereka bersambung pada KH. Moenawar Chalil, Krapyak, Yogyakarta. Pembimbing mereka yang menyambungkan transmisi itu sampai kepada para penghafal di MTS Pembangunan. MasyaAllah.

Percaya atau tidak, bila ada pesarta didik kita fasih bernyanyi, rancak kompak ratoh jaroe, juara sain, atau apa pun prestasi yang mereka raih, tentu kita patut bersyukur, bergembira, dan terhibur. Jiwa yang lelah seketika terasa segar kembali. Akan tetapi, air mata senikmat yang merembes karena Alquran tidak kita dapatkan di sana, air mata yang sanggup membangunkan jiwa yang mati. Kepala Madrasah Tsanawiyah, Momon Mujiburrahman, MA tak urung meleleh jua air matanya saat menyampaikan kata sambutan.|

MADRASAH Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta bukan madrasah khusus tahfizh. Ia hanya madrasah yang memiliki distingsi. Tahfizh salah satu disting itu. Rasanya, distingsi ini menjadi distingsi yang amat bergengsi di mata para pecinta Alquran. Boleh jadi, ia bisa dijadikan sebagai center of distinction dari distingsi-distingsi lain yang dibangun di sini.

Yang saya maksud, Alquran memang seharusnya menjadi pusat spirit pengembangan karakter, apa pun nilai karakter baik yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Bila Alquran menjadi center of distinction, maka mulialah seluruh bangunan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Pak Direktur kembali mengulang hidup mulia dengan Alquran seperti yang disampaikannya pada acara parade tahfizh beberapa waktu yang lalu.

Lalu, bolehkah Madrasah Pembangunan berkiblat pada model pendidikan luar negeri yang seharum melati itu?

Boleh saja, asalkan ruhnya tetap ruh Alquran, karakternya karakter qurani, moralnya akhlak sosok yang disebut Alquran sebagai manusia yang melekat padanya predikat "wa innaka la'ala khuluqin 'azhiim".

Ambil yang baik dari luar. Sisihkan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islami dan karakter bangsa ini. Begitulah seharusnya bersikap adil menilai dunia luar, tidak menerima secara mebabi buta atau menolak secara apriori.

Memang, kadang, mata selalu silau dengan kemilau lentera orang lain. Padahal bisa jadi, lentera yang kita miliki sebenarnya lebih terang cahanya. Akan tetapi, mengapa itu terjadi?

Itu terjadi karena lentera orang lain menyala di tengah gelap gulita, sementara lentera milik kita, ia menyala di tengah pendar ruang yang bermandi cahaya. Bukankah Alquran adalah nur yang dikirim dari nur 'alannuur, cahaya di atas cahaya?

Jadi, dalam soal pendidikan, jangan sampai "rumput luar negeri tampak lebih hijau daripada rumput milik negeri sendiri". Sedangkan pendidikan Islam pernah jadi kiblat dunia di era pertangahan.|

Generasi Qurani adalah tema yang diusung Wisuda Tahfizh hari ini. Memang, tidak ada peradaban Islam bahkan peradaban dunia bisa tegak tanpa generasi qurani.

Queena Fairuz Zahura (kiri), saya, dan Raisa Madania yang menamatkan hafalan 30 juz. Foto credit Abdul Mutaqin.

Sejak era kenabian, era shabat, dan era tabi'in, bangunan peradaban adalah Alquran, bukan yang lain. Bahkan, The Golden Age yang berhasil ditorehkan sejak era kenabian sampai tabi'it tabi'in berangkat dari spirit penghayatan dan pengamalan Alquran. Boleh jadi, dunia akan tetap gelap gulita bila cahaya Alquran tidak menembusnya.

Bersyukur ada Prof. Dr. HD. Hidayat MA, wali peserta didik mengingatkan lagi hal ini dalam kata sambutan mewakili wali peserta didik wisudawan. Contoh sederhana disodorkan Prof. Hidayat; Arabic Numeric. Itu warisan perdaban Alquran, itu peradaban Islam. Kepada Alkhawarizmi (780-850 M) Arabic Numeric itu bisa dirujuk.

Bisa jadi pemikiran seperti ini dianggap terlalu utopis, tidak bisa move on dari masa lalu. Arabisme, dan berbagai tuduhan yang tidak kalah halu dari halu-nya remaja yang baru ditinggal kawin kekasihnya.

Biar saja. Toh, spirit dan nilai-nilai Alquran selalu kompatibel dengan segala zaman. Alquran tidak pernah usang, sementara para penuduh utopis itu paling hanya bertahan 60 sampai 80 tahun saja. Setelah masa itu terlewatkan, mati pula jasadnya berkalang tanah. Sementara, Alquran tetap bercahaya di atas tanah, di bawah langit dunia yang menaungi tanah.|

PENGAWAS, Hj. Azzah Zumrud Muallif, M.Pd. secara terbuka mengakui saat berbincang usai acara. Menurut beliau, Tahfizh menjadi ikon yang harus terus dikembangkan di Madrasah Pembangunan setelah literasi.

Saya "mendelik" (mendadak like) saat literasi beliau singgung. Kata beliau lagi, di saat madrasah-madrasah baru mau belajar mengembangkan literasi menulis, bahkan sukar sekali memulainya, Madrasah Pembanguna sudah jauh di depan. Literasi Madrasah Pembangunan seharusnya diadopsi madrasah-madrasah lain.
Hj. Azzah Zumrud Muallif, M.Pd dan saya menyampaikan salam literasi untuk MTS Pembangunan. Foto credit Abdul Mutaqin.

Wah, ini penting saya teruskan kepada pimpinan MTS. Biar greget literasi dikencangkan lagi di hari-hari mendatang. Bukankah iqra adalah spirit literasi Alquran yang digaungkan pertama kali sebelum Alquran dihafal?|

Mengembalikan kejayaan peradaban pendidikan, rasanya, jangan sungkan kembali pada spirit literasi Alquran.

Selamat untuk para huffazh, Pimpinan MTS, para pembimbing, para orang tua, dan orang-orang yang berharap kecipratan berkah dari mereka seperti saya.|

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap