Langsung ke konten utama

Kiai Kocak VS Liberal Ronde#2


"Perlu juga pendekatan santai dan humor dalam meruntuhkan argumen Liberal yang suka membela aliran sesat di Indonesia. Saya mengagumi setiap dialog Kyai Kolot dengan para aktivis Liberal di dalam buku ini. Selamat membaca.” (Fahmi Salim, Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Anggota Pengkajian MUI Pusat)

“Kyai Adung emang “degel” karakternya dan menohok. Buku ini mengajak kita belajar agama tanpa batasan umur.”
(Muhammad Pramluya, S.P., M.Si., Dosen Universitas Tanjungpura, Pontianak)

“Thinking by fun cara Kyai Adung. Mengedukasi bahaya SEPILIS. Menarik!”
(Khaerudin Sodiq, Mahasiswa Pasca sarjana Unisba, Bandung)

“Yang kebayang di kepala ane, Kyai Adung berperawakan sedang, imut (halagh), ada kerut kerut dikit di wajah, sinar mata jenaka, beberapa lembar kumis tipis, dan setengah ubanan. Tapi otak jailnya kaga ketulungan. Nah, kalau Anda punya penyakit Sepilis dan ketemu sama laki-laki umur sekitar 50 kurleb dengan ciri-ciri seperti diatas, waspadalah … waspadalah!”
(Sayyidah Murtafi’ah, Penulis, Tangerang)

“Kyai Adung cerdas agak sotoy, jago ngelesnya, bikin musuh terkapar stadium enam belas setengah!
(Greiche Dian, Ibu Rumah Tangga Sejati, Selangor, Malaysia)

“Kyai Adung memang kocak dalam memberi “pukulan telak” kepada para Liberalis atau Pluralis konyol.”
(Lukman Hakim Sidik, Guru, Jakarta)

“Kyai Adung, meskipun tidak muda lagi, tapi pemikirannya simpel dan berisi. Membuat kita tersenyum simpul dalam mengambil hikmah dari setiap jawabannya yang konyol tapi penuh pengajaran.”
(Alexyusandria Moenir, Dosen, Sumatera Barat)

“Kyai kolot yang bikin Sepilis, Sekuler, dan Liberal sewot, melongo, dan linglung. Dia juga kocak, bikin orang terbahak. Itulah Kyai Adung. Meskipun fiktif, kehadirannya di buku ini mampu mencerahkan.”
(Baim Azzam Syuhada, Pedagang, Cikarang)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap