Langsung ke konten utama

SAMPAH ZAMAN



Fitriyanti dalam Meet The Writer bersama Deasy Tirayoh. Foto Credit Ahmad Rudianto. 

Sirine

Seorang anak menggambar ambulans dengan sirine menyala
Wajah ambulansnya sedih semenjak corona
Meraung di jalan, membawa ratusan nama yang dibenamkan suara
Pada lembar kedua
Tampak para astronot menyambut di depan galian tanah terbuka
Sebuah peti putih bertuliskan Mama berbingkai cinta
Buku gambar ditutup, ada sirine di depan rumah
Mata kecilnya mengintip ke jendela
Papa sedang dibawa astronot ke angkasa.
Puisi Sirine di atas milik Deasy Tirayoh. Saya kutip dari laman https:/kantorbahasasultra.kemdikbud.go.id/. Hari ini, saya berkesempatan berjumpa dalam forum Kelas Menulis Fiksi Ilmiah yang digagas Pak Sandy dan Bu Fitri di Baca di Tebet (BDT).|

PAK Sandy dan Bu Fitri, dua guru sains Madrasah Tsanawiyah Pembangunan yang menaruh minat pada literasi membuat small group Student Writer, tindak lanjut dari gelaran acara Latihan Dasar Penelitian yang mereka gagas. Kali ini, Deasy Tirayoh digandeng mempertajam pemahaman materi peserta kelas menulis fiksi ilmiah yang telah mereka dapat sebelumnya di perpustakaan. 


Sebagain peserta dan pendamping berpose bersama Deasy Tirayoh usai sesi insight. Foto Credit Ahmad Rudianto.

Deasy Tirayoh, penulis asal Kendari giat menulis cerpen, puisi, novel anak, dan skenario film. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen Tanda Seru di Tubuh, Titimangsa, Hikayat Gunung Mekongga, dan Kerang Memanggil Angin. Cerpennya juga termuat dalam buku antologi bersama Tat Twam Asi (2016), Dari Timur (2017), Kulminasi (2017), Sadasa (2018), dan Cerpen Tani (2018). Puisi-puisi Deasy terdokumentasi dalam buku antologi bersama; 9 Pengakuan, Wasiat Cinta, Langit Kita, Teluk Bahasa, Mentari di Bumi Anoa, dan Kita Halmahera. Beberapa skenario garapannya yang telah diproduksi antara lain: Larumbalangi, Pelangi Menjuntai di Langit Muna, Rima dan Kima, Sahabat Merah Putih, Sahabat Crayon, Kado untuk Matahari, Kaghati Kolope, dan Bintang Kecil. Pada 2015 lalu, Deasy diundang sebagai penulis emerging di Makassar International Writers Festivalkemudian di Ubud Writers and Readers Festival tahun 2016. Ia juga menjadi salah seorang delegasi Indonesia di Majelis Sastra Asia Tenggara 2018. Keren.

Hari ini, Senin 13 Juni 2022, Deasy saya minta memberikan insight pada 20-an peserta didik Madrasah Tsanawiyah Pembangunan yang sedang menggarap karya fiksi ilmiah, peserta Student Writer-nya Pak Sandy dan Bu Fitri. Kelak, karya mereka akan dibukukan dalam satu antologi karya fiksi ilmiah pertama di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Keren.

BDT sengaja saya pilih sebagai sumber ide dan tempat berbagi Deasy Tirayoh. BDT itu perpustakaan yang didirikan Wien Muldian bersama Kanti W. Janis. Ia dirancang sebagai alternatif pusat literasi, berbentuk perpustakaan fisik, menyembul dari ruang-ruang publik konsumerisme. BDT punya misi mulia, yakni mengajak masyarakat untuk berproses membaca buku konvensional di saat dunia gandrung pada kecanggihan dunia virtual, mengglorifikasi kehidupan instan serta berorientasi bahwa hasil lebih penting daripada proses.

Seperti nasi, BDT memberikan penyadaran bahwa ia tidak mewujud di piring begitu saja sebagaimana ‘simsalabim-nya’ di dunia virtual. Ada proses panjang, mulai dari menyemai gabah, mencabut tunas muda hasil semaian, menanamnya di atas tanah berlumpur, memanen dan memprosesnya menjadi beras hingga memasaknya menjadi nasi. Seperti itu juga saat membaca sebuah buku, membaca satu persatu kata dari judul hingga penutup.|


Fajar Chandra Perdapa, Ahmad Sandy Rizani, Deasy Tirayoh, Fitriyanti, Saya, dan Agung Sya'ban SE. Foto Credit Ahmad Rudianto.

ADA poin yang sangat saya sukai dari bincang-bincang dengan Deasy Tirayoh hari ini, soal 'sampah zaman'. Ini keren.

Saya dan Deasy menyadari, generasi hari ini, adalah anak-anak yang hidup di zaman serba 'menakutkan'. Zaman di mana peluang dan ancaman pada otak dan hati berupa berbagai konten media; media baik atau media sampah. Bersyukur jika peluang yang berterima adalah media baik, otak dan hati aman sentosa. Akan tetapi, jika ia adalah media sampah, otak dan hati sedang terancam rusak.

Otak dan hati yang dirusak media, seperti membayar kelelahan dengan petaka. Anak-anak yang setiap hari diayomi dengan keelokan budi, tiba-tiba rusak karena gempuran media sampah yang masuk belakangan mewarnai. Seperti angin badai yang mengempas bangunan yang ditegakkan dan dipelihara bertahun-tahun roboh dalam sekejap saja. Sementara proses restorasinya memakan waktu yang panjang dan lebih melelahkan.

Para penulis adalah sosok peran penyumbang; sejarah kebaikan zamannya atau sampah zamannya yang mereka tuliskan. Tinggal di mana mau menempatkan diri atau ditempatkan.

Ada harapan besar pada bibit-bibit penulis yang belajar di BDT hari ini menjadi penulis sejarah hidup mereka pada keelokan budi di zamannya nanti. Tidak harus persis seperti kehebatan Deasy Tirayoh memang, karena Deasy Tirayoh hanya satu. Ia tidak bisa digandakan atau dikloning jadi dua, tiga, dan seterusnya. Asalkan spiritnya sama, spirit pada literasi keelokan budi. Pada poin ini, boleh jadi, mereka bisa melampaui Deasy Tirayoh atau setara dengannya di masa datang. Semoga demikian.|

ACARA hari ini dibuka dan dilepas oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Pembangunan  UIN Jakarta, Momon Mujiburrahman MA. Acara di BDT didampingi Kepala Tata Usaha, Agung Sya'ban SE dan Panitia Kelas Menulis Fiksi Perpustakaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Sedianya, Kepala Madrasah akan turut mendampingi. Hanya saja berbenturan dengan agenda penting madrasah yang tidak terelakkan. Namun, support beliau cukup menjadi motivasi seluruh peserta hingga mereka kembali. Thank you so much for your nice support, Pak.

Acara berlangsung dari pukul 10.30 sampai pukul 15.00 WIB. Peserta antusias mengikuti sesi "Meet The Writer" ini. Persis pukul 15.15 WIB, peserta kembali ke madrasah. Hujan deras mengguyur, menyejukkan, dan memberkahkan. Lalu, di atas sajadah perpustakaan, peserta berucap syukur menutup acara hari ini dengan shalat Asar berjamaah.  

Salam hormat untuk Deasy Tirayoh. Terima kasih telah berbagi litrasi kebaikan pada peserta didik kami.|

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap