Langsung ke konten utama

MUHAMMADIYAH ICMI DAN MEDIA

Foto Credit: Abdul Mutaqin

Hubungan Simbiotik

HARI ini, Minggu 20 Maret 2022 Pengurus ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia) Organisasi Daerah Kota Depok periode 2022-2027 dilantik di Hotel Savero, Depok. Beberapa kader Muhammadiyah Kota Depok masuk dalam jajaran pengurus di Dewan Penasihat, Dewan Pakar dan Divisi. 16 kader Muhammadiyah termasuk yang dilantik hari ini. Sebuah representasi proporsional bagi Muhammadiyah Kota Depok. Saya tercatat sebagai anggota pada Divisi Media, Komunikasi, dan Humas.

ICMI resmi dideklarasikan pada 1990. Kelahirannya waktu itu punya hubungan simbiotik dengan Muhammadiyah sebab beberapa tokoh Muhammadiyah turut membidani kelahiran ICMI, membesarkan, dan memberikan kontribusi signifikan kemajuan ICMI sampai hari ini.

Di belakang hari, pada awal-awal ICMI terbentuk, Muhammadiyah mengambil sikap mendukung di antara kelompok-kelompok yang meragukan serta anasir-anasir yang menganggap keberadaan ICMI sebagai ancaman bagi pluralitas bangsa, demokrasi, dan politik karena dipandang terlalu primordial.

Matahari Pertama

Muhammadiyah lebih tua 78 tahun dari umur kelahiran ICMI, lebih dahulu menjadi pencerah bangsa, dan lebih dahulu hadir di tengah umat menerjemahkan rahmatan lil alamin dengan ribuan AUM yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Dialah matahari pertama bangsa ini.

Muhammadiyah yang lebih tua itu bergembira seperti gembiranya seorang ayah menyambut kelahiran bayi laki-laki yang diidam-idamkan, calon cendekiawan masa depan penerus nasab dan intelektualitasnya. Bayi cendekiawan itu adalah ICMI. Dialah Matahari kedua. Tak heran, berbondong-bondong cendekiawan Muhammadiyah bergabung turut membesarkan ICMI agar bersinar seperti Muhammadiyah dalam spektrum kecendekiawanan yang lebih menukik.

Yang saya maksud dengan matahari di sini, bukan berangkat dari filosofi lambang, melainkan dari spirit mars dan hymne keduanya. Sebab, bila dilihat dari filosofi lambang, Persatuan Islam (Persis) yang didirikan pada 2 September 1923 di Bandung lebih pantas saya sebut sebagai matahari kedua umat di negeri ini.

Muhammadiyah, matahari pertama itu punya Mars. Bait pertamanya berbunyi, "Sang surya telah bersinar ..." Dan matahari Muhammadiyah masih benderang menyinari gerak langkahnya pada framework gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam wajah Islam Berkemajuan.

ICMI, matahari kedua, pun ingin seperti matahari Muhammadiyah. Pada bait pertama Hymne ICMI yang digubah oleh Rudy Achmad Fachruddin Fattah, syairnya dibuka dengan kalimat, "Laksana mentari pancarkan terang ..."

Sang Surya dan Mentari adalah satu wujud yang disimbolkan dalam syair, nada, dan oktaf mars dan hymne dua ormas. Wujud yang satu itu simbol universal, seperti sinarnya yang universal sebagai energi hidup setiap makhluk di muka bumi.

Peran KaderMu di ICMI

Masuknya kader-kader Muhammadiyah di ICMI Orda Depok tentu punya nilai strategis. Pertama, bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi kaum terpelajar punya banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Karena itu, dunia kecendekiawanan bukan domain asing bagi Muhammadiyah. Boleh dikata, pada domain ini Muhammadiyah sudah fasih berkiprah, baik sebagai lembaga maupun perorangan meskipun kapasitas kecendekiawanan masing-masing individu yang masuk jajaran pengurus punya porsi sendiri-sendiri.

Kedua, di kota Depok, Muhammadiyah sudah mengambil peran keumatan dan kebangsaan yang signifikan. Maka, tinggal bagaimana signifikansi peran itu dipindahkan ke rumah ICMI dengan atau tidak membawa nama Muhammadiyah dengan tetap menjaga kualitas dan karakter ke-Muhammadiyahannya yang autentik.

Ketiga, sebagai rumah baru yang ditempati dari berbagai elemen ormas, akan terjadi tarik menarik kepentingan tentu sebuah keniscayaan. Asalkan masih dalam semangat kebersamaan, mengedepankan akhlak dan etika organisasi, serta menjaga nilai-nilai ukhuwah, maka setiap elemen ICMI, termasuk Muhammadiyah punya hak yang sama untuk menempati posisi penting dan mewarnai pada level kebijakan dan aksi.

Maka, sudah sepantasnya kader-kader Muhammadiyah bukan sekadar bersedia dilantik hari ini, tapi sungguh-sungguh menampilkan peran terbaiknya di ICMI. Belajar dan terus belajar, membuka diri dan wawasan, kolaboratif, dan menjaga marwah persyarikatan tentu harus menjadi spirit berkiprah.

Senjata Media

Hari ini, media menjadi senjata paling ampuh untuk menguasai berbagai lini kehidupan dan kepentingan baik kelompok maupun perorangan. Bila diibaratkan sebagai pertempuran, menguasai media hari ini, sama halnya sudah memenangkan separuh pertempuran.

Anda tentu ingat sosok Nayirah Al Sabah, gadis berusia 15 tahun yang menangis di depan Congressional Human Right Caucus (CHRC). Nayirah memberikan kesaksian bahwa ia melihat tentara irak memindahkan ratusan bayi Kuwait dari inkubator dan membiarkan mereka mati di lantai-lantai rumah sakit.

"Saya melihat tentara Irak memasuki rumah sakit sambil menenteng senapan. Mereka merenggut bayi-bayi itu dari inkubator dan membiarkan anak-anak itu tewas di lantai yang dingin. Itu sangat mengerikan," kata Nayirah sambil berurai air mata, seperti dikutip di berbagai media online.

Presiden AS saat itu, George H. W. Bush, mengulang mengutip kesaksian Nayirah tentang cerita inkubator berkali-kali dalam pidatonya untuk memojokkan rezim Saddam Hussein sebagai bentuk kejahatan kemanusiaan. Tujuh senator dalam perdebatan Senat AS secara khusus mengutip sebanyak tujuh kali kisah kekejaman bayi yang direnggut dari inkubator itu. Senat menyetujui tindakan militer AS untuk memaksa Saddam keluar dari Kuwait. Maka, keputusan pun diambil George H. W. Bush dan sekutu-sekutunya. Irak dihabisi.

Hoax Amunisi Media Jahat

Mata kita terbelalak. Hampir setengah juta rakyat sipil tewas di Irak akibat perang sejak invasi pasukan Amerika Serikat pada 2003 hingga pertengahan 2011. Nayirah dan media lah pemicunya di belakang layar. Baghdad, pusat peradaban masa keemasan Islam era Daulah Abbasiyah luluh lantak untuk kali kedua setelah serangan barbar Hulagu Khan yang membumihanguskan Baghdad pada 1258 M silam. 

Setelah perang berakhir, fakta mengejutkan terkuak. Pertama, media lah corong propaganda yang berhasil menciptakan opini bahwa senjata pemusnah massal merupakan alasan pemicu invasi Amerika atas Irak. Lalu, banyak orang dipaksa percaya opini media itu. Akan tetapi, setelah perang usai, Amerika mengaku tidak menemukan setetes pun senjata pemusnah massal di Irak.

Kedua, upaya Citizens for a Free Kuwait menarik simpati publik Amerika agar mendukung intervensi militer ke Kuwait melalui Nayirah berhasil. Ditengarai, Citizens for a Free Kuwait menandatangani kontrak senilai 10 juta dollar AS dengan perusahaan public relation terkemuka Amerika, Hill & Knowlton. Hill & Knowlton membuat skenario melalui gadis Kuwait berusia 15 tahun bernama Nayirah. Nayirah dilatih oleh Hill & Knowlton untuk menceritakan kisah palsu kekejaman tentara Irak merenggut bayi-bayi Kuwait dari inkubatornya di hadapan Kongres AS. Nayirah dan air matanya berhasil memainkan peran dengan sangat meyakinkan.

Ketiga, Nayirah tidak lain adalah putri Sheikh Saud Nasser Al-Saud Al-Sabah, Duta besar Kuwait untuk Amerika Serikat yang belajar akting di Hill & Knowlton.

Di sini bisa disimpulkan, sebuah negara bisa dihancurkan oleh bangunan opini yang digawangi media dalam mengemas berita bohong dan konspirasi politik. Sempurna. Dalam sekejap, sisa-sisa peradaban Islam yang sangat kaya, hancur lebur karena permainan tangan-tangan kotor yang menguasai media.

Sebagai anggota Divisi Media, Komunikasi Dan Humas, terbayang di benak saya signifikansi peran media bagi ICMI. Bagaimana saya harus berbuat, tentu masih menunggu langkah berikutnya setelah pelantikan.

Bismillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap