Langsung ke konten utama

TIPS MENGATASI GATAL DI LIDAH


Sudah aku bilang Ayah jangan sakit, malah sakit.


Ini hari ketiga saya demam. Lumayan berat rasanya. Obat hanya membantu mengatasi selama beberapa jam. Setelah itu, demam lagi.


Ada infeksi sekitar pangkal paha sebelah kiri. Seperti bisul, tapi tidak seperti rupa bisul umumnya yang ber"mata". Tak tampak ada "mata" pada hari pertama dan kedua selain rasa nyeri. Ya sudah, saya simpulkan saja ini adalah bisul. Dari pada pusing. Melawan nyerinya saja sudah puyeng.

Pada malam salat gerhana, rasa nyeri makin berat. Apa mau dikata, tugas tak tega saya batalkan karena waktu kedatangan si bisul tak mempertimbangkan jadwal gerhana yang mepet. Kasihan panitia, mau cari pengganti ke mana. Maka, tetap maju pantang mundur. Bismillah.

Akan tetapi, kondisi fit adalah kunci setiap pekerjaan sempurna dieksekusi. Kayaknya begitu. Inilah yang tidak bisa saya persembahkan. Saat takbirratulihram rekaat pertama sampai turun dari mimbar, saya sudah kesulitan mengkompromikan antara hafalan dan rasa nyeri. Konsentrasi pecah. Sempat dua kali bacaan saya dikoreksi jamaah.

Alhamdulillah, imam memang merasa tenang jika makmum di belakangnya oke. Semoga jamaah yang membetulkan bacaan saya tidak tahu, bahwa sejak berangkat ke masjid, saya sudah meringis-ringis. Cukuplah dia tahu bahwa saya sedang silap.

Hari ini, meski rasa nyeri makin hebat dan demam masih naik turun, sudah tampak "mata" si bisul. Selama "mata" itu belum enyah, pastilah nyeri dan demam belum akan mereda. "Awas lu!" Ancam saya.

Namun, tak kurang pula nikmat yang Allah beri. Pada beberapa jeda meringis-ringis dan banyak berbaring, Uwais sering menghibur. Celotehnya memaksa saya tersenyum. Bukan soal tutur katanya yang mendekati standar KBBI dan PUEBI untuk anak usia 5 tahun, tapi kadang kala, celotehnya agak-agak 'jail'.

"Sudah aku bilang Ayah jangan sakit, malah sakit."

Ini yang dikatakan Uwais pada hari pertama saya banyak berbaring. Bahasanya rapi dan berpola umumnya bahasa tutur yang baik.

"Semoga ayah cepat sembuh."

Ini kalimat keduanya sebelum anak ini kembali bermain.

"Hai, Ayah."
"Hati-hati, Ayah. Jangan ngebut!"

Sapaan demikian saya nikmati hampir sepanjang waktu dan saat akan berangkat mengajar.

Kemarin sore, suara guruh lumayan sering selama beberapa menit. Hari mulai gelap. Bundanya belum pulang dari mencari keperluan. Uwais menanyakan ke mana bundanya pergi. Saat Bundanya tiba di rumah di saat guruh masih bersahutan, Uwais begitu senang. "Alhamdulillah." Itulah kalimat yang keluar dari mulutnya dengan semringah saat melihat Bundanya datang. Saya yang sedang berbaring di sampingnya mengulangi hamdalahnya.

Siang ini Uwais memberi tahu apabila suatu saat saya mengalami gatal-gatal di lidah. Saya serius akan menyimak. Saya pikir, ini ilmu yang entah dia dapat dari mana. Palingan dari tokoh kesukaannya "Upin dan Ipin" pikir saya.

Sebelum anak ini menyampaikan tips mengatasi gatal-gatal itu, pikiran saya menerawang. Jawabannya, pastilah ada ramuan obat herbal yang harus diminum, pil, atau tablet resep dokter. Ternyata bukan. Tipsnya sungguh simpel dan murah.

Nyeri dan demam seperti hilang sesaat karena tips Uwais cukup membuat saya geli. Benarlah, anak-anak merupakan hiburan, perhiasan dan kesenangan, di samping ujian berat di dunia.

"Digaruk pake gigi." Katanya.

Duh, Uwais. 

Jawaban ini membawa alam fiksi saya pada tokoh rekaan buku ringan yang kerjaanya mengajak pembacanya menertawai penganut SEPILIS. Tokoh yang jail, nyeleneh, kolot, dan kampungan, tapi otaknya encer.

Begitulah saya terhibur di tengah ujian. Semoga nyeri dan demam ini segera berlalu.|

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap