Langsung ke konten utama

RAYYA Bag. 11



Busi Kebidanan

Setelah dokter Didi dan tim operasi berdiskusi, didapat satu kesimpulan, bahwa mereka harus membuat lubang buatan dari bawah vaginaku. Inilah satu-satunya cara agar darah haidku bisa keluar. Tetapi cara ini berisiko besar sekali. Jika dalam proses pembuatan lubang itu mengenai kandung kemih, fatal akibatnya.

Akhirnya aku pasrah, aku tidak bisa menghindari operasi. Alhamdulillaah, operasi berjalan lancar. 


Pembuatan lubang dari bawah vaginaku dan pemasangan kateter benar-benar langkah yang penuh risiko karena dilakukan dengan keterbatasan alat medis saat itu. Apalagi operasi yang aku jalani ternyata eksperimen pertama dokter Didi. Aku seperti kelinci percobaan. Namun hasilnya sungguh di luar dugaan. 

Sejak operasi itu, selang kateter dipasang setiap kali waktu haidku datang. Untunglah, aku menjalani proses haid dengan cara ini hanya tiga kali masa haid. Tidak kebayang andaikata aku harus menjalaninya dua belas kali masa haid dalam setahun, dua puluh empat kali dalam dua tahun, atau enam puluh kali dalam lima tahun, atau bahkan seumur hidupku. Ya Allah, mahal sekali haid itu bagiku.

Setelah tiga kali proses haid melalui pemasangan kateter, akhirnya aku bisa haid seperti layaknya wanita normal. Barulah saat itu aku merasa telah benar-benar menjadi gadis sempurna. 

“Umi! Aku haid!” kataku saat pertama kali haid itu datang.

“Alhamdulillaah,” seru Umi.

Umi memelukku erat sekali. Tangis harunya pecah. Hari itu seperti hari pembalasan buat Umi. Hari di mana Allah memberikan rasa bahagia atas air mata, upaya, dan doa-doanya untukku. Hari yang menghapus penyesalan telah melahirkan seorang putri yang tidak sempurna. Bahkan, hari itu seperti hari keluarnya Umi dari takdir gelap dan menerima lentera terang sebagai takdir baru atas putrinya. 

Itulah saat yang paling membahagiakan aku. Merasakan keluarnya darah haid dari rahimku sebagai sunnatullahnya gadis sempurna. Aku tidak merasakan sakit lagi kecuali sekedar nyeri haid biasa. Hanya saja durasi haidku tidak seperti gadis normal. Umumnya, gadis atau perempuan mengalami haid antara lima sampai tujuh hari. Akan tetapi, haidku bisa sampai lebih dari empat belas hari lamanya. 

Tetapi, permainan takdir atas rahimku belum berakhir saat aku sudah bisa haid. Lubang buatan hasil operasi itu rawan sumbatan karena besarnya hanya seukuran diameter sebatang lidi. Apabila tersumbat, maka darah haid tidak bisa keluar lagi. Untuk menjaga lubang itu tetap stabil, aku harus menggunakan alat. Alat itu dimasukan ke dalam lubang buatan itu. Aku lupa istilah medisnya, yang aku ingat, namanya busi kebidanan. Alat itu harus dipakai setiap hari. 

Perkembangan rahim dan siklus haidku terus dipantau dokter Didi. Akan tetapi, sejak aku menginjak bangku SMP, aku sudah mulai merasa malu setiap kali kontrol memeriksakan diri. Apalagi haidku sudah benar-benar lancar, aku makin merasa bahwa aku sudah sempurna. Hingga menginjak kelas 2 SMA, aku benar-benar jarang sekali kontrol. Saat itu aku sudah merasa risih, malu, dan ingin segera mengakhiri saja semuanya. Aku ingin segera berpisah jauh-jauh dari busi kebidanan yang menyiksa itu. 

Bagaimana tidak? Setiap saat aku harus mengenakannya. Sungguh, aku merasa seperti direndahkan oleh alat itu. Benda itu benar-benar telah merenggut perasaan kegadisanku. Akan tetapi, ketika aku diingatkan bahwa operasi yang aku jalani belum sempurna, alat itu sangat membantu buat menjaga kestabilan lubang haidku tetap terjaga, bahwa aku harus menjalani operasi lanjutan, aku surut. Apalagi saat mengingat betapa menderitanya aku saat darah haid tidak bisa keluar karena dinding tebal yang menutup rahimku. Mau tidak mau, aku menyerah untuk tetap mengenakan busi itu.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap