Langsung ke konten utama

QURBAN BAYRAMI

Kembang Kuburan

Bayu, tell me what’s kembang kuburan?

GOODBYE Blue Mosque meluncur begitu saja setelah puas menikmati kemegahannya luar dalam. Dari kaca jendela bus, saya masih saja memandangi Blue Mosque seakan tak ingin beranjak dari pelatarannya. Rasanya waktu teramat kejam merenggut paksa kebersamaan untuk makan siang. Tentu setelah lapar terpuaskan, pun tak mungkin kaki melangkah lagi buat yang kedua kali ke Blue Mosque.

Bus melaju menuju Tamara Restaurant & café. Letaknya di Küçük Ayasofya Mh., Küçük Ayasofya Cd No:14, Istanbul. Jaraknya hanya 550 meter dari Blue Mosque. Waktu tempuhnya sekitar sepuluh sampai lima belas menit. Jalan menuju Tamara berbelok-belok dan sempit. Jarak hanya 550 meter itu melewati banyak jalan mulai Terzihane Sk, Asmalı Çeşme Sk, Üçler Sk, Nakilbent Sk, Aksakal Cd, dan berakhir di Kadırga Limanı Cd. Tamara Restaurant & Cafe ada di sebelah kiri Kadırga Limanı Cd.

Tulisan Tamara Restoran & Cafe berwarna merah muda. Pada kaca jendelanya yang besar tertulis Grill Fish We Have Terrace. Di sisi kiri restoran ada rak-rak berisi buah delima dan mesin pembuat jus. Jus delima memang minuman khas Turki. Rasanya perpaduan antara manis, asam dan agak sepet. 

Tamara menawarkan berbagai macam masakan Turki. Baclava, makanan khas Turki menjadi hidangan penutup. Bagi jamaah vegetarian, Tamara menyediakan sup lentil yang disajikan dengan roti dan potatoe fry atau pide (pizza khas Turki). Bagi penyuka ayam bakar, Tamara menyediakan menu ayam bakar terbaik yang sangat digemari di sini.

Saya terpukau bukan semata-mata karena menu-menu yang saya sudah lupa apa namanya dengan ragam dan cita rasa unik khas Turki. Apalagi, di samping sebagai negara tujuan wisata muslim, Turki dijuluki dengan negara seribu kuliner. Tetap saja saya lebih tertarik memandang panorama dari Tamara. Saya girang sekali masih bisa menikmati panorama Blue Mosque yang menawan sambil menikmati hidangan makan siang.

Setelah beberapa saat menunggu, pelayan datang menyajikan sup sebagai hidangan pembuka disusul menu salad Turki berupa rajangan sayur-sayuran segar warna-warni. Rasa sausnya asam segar dan sedikit manis. Seorang dari rombongan berkelakar, katanya warna-warni saladnya mirip ‘kembang kuburan’ sambil mengangkat piring salad. Gelak tawa pecah. Lalu seorang dari pelayan mendatangi. Mungkin pelayan itu menyangka ada sesuatu pada hidangan salad yang disajikan. 

“Everything is OK?” tanya pelayan.

Guide (satu orang Turki namanya Hakan, satu lagi Bayu, mahasiswa Marmara University jurusan Fisika asal Purwokerto) kemudian menjelaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bayu menjelaskan dalam bahasa Turki bahwa semuanya baik-baik saja. Pelayan kembali ke tempatnya semula dengan senyum mengembang.

Giliran Hakan yang penasaran dengan istilah “kembang kuburan”. Kepada Bayu di bertanya terus terang di dengar kamu semua dalam bahasa Inggris.

“Bayu, tell me what’s kembang kuburan?”

Sekali lagi gelak tawa tak dapat ditahan. Bayu yang mengerti istilah dadakan itu terlihat kebingungan untuk menjelaskan kepada Hakan. Bisa jadi anak muda Purwokerto itu khawatir jika dia mengatakan terus terang tidak enak pada Hakan. 

Pak Galuh, kepala rombongan yang melihat Bayu tampak bingung mau menjawab apa, kemudian nyeletuk.

“Hakan, kembang kuburan is oke! In Indonesia, kembang kuburan very nice.”

Hahahahahahah.

Gelak tawa makin sukar dihentikan. Barulah berhenti setelah hidangan utama tersaji lengkap di meja makan.

Sepanjang makan, sambil sesekali membuang pandang ke arah Blue Mosque, isi kepala saya penuh dengan taburan bunga di atas pusara. Itulah sebenarnya yang dimaksud ‘seperti kembang kuburan’. Meskipun turut larut dalam kegembiraan, hati kecil saya berkata sebenarnya istilah itu kurang patut dilontarkan. Bagaimana pun, jawaban ‘kembang kuburan is oke! In Indonesia, kembang kuburan very nice’ adalah narasi manipulatif sekadar menutupi makna yang kurang sedap.

Selesai menikmati sup dan salad, piring-piring lokanta dan pides berisi hidangan utama berupa nasi kari dan kebab dihidangkan. Nasi memang sangat saya rindukan sejak penerbangan. Di pesawat tak ada nasi sama seperti saat sarapan pagi. Apalagi insiden makan malam di pesawat yang diangkat pramugari sebelum saya nikmati masih belum sepenuhnya saya lupakan. Rasanya gondok ini tak mau pergi. Maka bertemu nasi seperti baru bertemu kekasih rasanya. Tambahan lagi, nasi Bulgar dan kebab yang saya pilih enak sekali. Hmmmm, sedap.

Soal salad berbuntut panjang. Sejak dari Tamara, di restoran mana pun rombongan singgah, saat salad dihidangkan, maka kembang kuburan menjadi tema bahan bercanda yang mengundang gelak tawa. Dasar orang Betawi (semua rombongan saya Betawi tulen), seakan-akan mereka bukan sedang di Istanbul, melainkan sedang ngeriung di rumah makan di Condet, Manggarai, Jatinegara, Beos, Tanah Abang, atau Petamburan.

Sekadar tahu, salad Turki disebut tabouleh. Ia menu pendamping ciri khas makanan Turki sebagai hidangan pembuka. Terbuat dari daun parsley yang dicincang. Orang Turki biasanya menyantap tabouleh dengan roti pita. 

Berbeda dari salad pada umumnya, salad Turki tidak memakai mayones sebagai saus seperti salad Amerika atau Eropa. Saus tabouleh dibuat dari perasan lemon, lada, garam, dan olive oil. Rasanya enak, segar, dan renyah. Tentu saja sehat. Konon, protein dan serat dalam sayuran sangat baik untuk fokus serta menstabilkan suasana hati, membuat rasa lebih bahagia, menghilangkan kabut otak, dan meningkatkan ketangkasan dan kinerja mental.

Satu hal yang utama saat ke luar negeri tentu persoalan makanan halal. Meskipun Turki 99,8% muslim, apakah sudah menjamin 100 % sajian makanan di resto-resto makan halal? 

Tentu ini persoalan penting, lebih penting dari soal kembang kuburan tadi. Meskipun demikian, katakanlah tidak semua restoran di Turki 100 % halal, namun menemukan restoran halal di Turki pasti jauh lebih mudah daripada menemukan restoran halal di Jepang, Korea, atau Cina, atau di negara-negara Eropa dan Amerika. Inilah salah satu kemudahan bila turis muslim berkunjung ke negara mayoritas muslim. Amat berbeda jika berkunjung ke negara-negara Eropa yang lain meskipun tidak berarti tidak ada sama sekali restoran halal di sana.

Tetapi keraguan saya hilang saat mendapat penjelasan guide bahwa Turki termasuk sepuluh urutan pertama sebagai negara ramah wisatawan muslim. Untuk itu, Turki menciptakan sebuah standar pelayanan yang dikhususkan bagi wisatawan muslim. Aturan itu dimasukkan ke Turkish Standards Institution (TSE). Beberapa aturan di antaranya setiap hotel yang ingin mendapatkan sertifikasi halal harus mematuhi peraturan dan standar, antara lain tidak menyediakan alkohol, menyediakan musala, masjid, makanan halal, dan menjual produk kosmetik halal.

Dan, hati menjadi tenang jika sudah menyangkut persoalan halal. Nah, soal ‘kembang kuburan’, itu pasti halal. Suatu saat, saya ingin lagi menikmati ‘kembang kuburan’ itu di sekitar Sultan Ahmet. Semoga kesampaian.

Selamat menikmati liburan semester ganjil.

Perpustakaan Madrasah Pembangunan
Selasa, 31 Desember 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah

2920 HARI

Ilustrasi Perempuan Berhijab. Foro Credit https://www.islampos.com/ TIGA hari lalu, saya dan istri begitu bahagia. Kabar tentang Vera membuat kami berdua semringah. Bagaimana kami tidak bahagia, Vera sudah sah menjadi seorang ibu. Vera sahabat istri saya, guru dari putra saya yang istimewa; Qurban Bayram Jaziila. Vera amat telaten mendampingi putra kami ini dengan segala keunikan Jaziila. Sewaktu duduk di kelas dua, sepatu melayang. Lain waktu, Vera dan Jaziila seperti rebutan tas, saling tarik. Pasalnya, Jaziila ngambek, dia tidak suka diberi PR dari Wali Kelasnya itu. 17 Juli esok, Jaziila sudah masuk SMA. Dia sudah berubah banyak. Dan, Vera diakuinya sebagai guru favorit saat ia kenang sekarang. Hanya saja, malam ini, raut wajah Jaziila tidak sesemringah seperti dia mengenang kelakuannya pada Vera semasa di SD dulu. *** TIGA hari berlalu kemarin, saya dan istri bergegas akan menjenguk Vera. Kami ingin merasakan aura bahagia bersama, juga bersama suaminya. Maka, meskipun sedikit cap