Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS al-Haqqah [69]: 6-8).
Kaum Ad dan Tsamud termasuk bangsa Arab yang telah punah (Arab Baidah). Menurut catatan sejarah, kaum ‘Ad merupakan salah satu suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh AS. Kaum ‘Ad juga tidak mengenal Allah SWT sebagai Tuhannya, seperti kaum Nabi Nuh AS. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar serta disembah sebagai tuhan.
Kaum ‘Ad hidup sangat makmur. Mereka memiliki peradaban yang tinggi dan unggul dalam bidang pertanian karena air yang melimpah. Mereka juga memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka juga menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Nabi Hud AS berdakwah mengajak mereka beriman. Namun, kaum ‘Ad benar-benar tidak mau beriman. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat serta berbuat apa saja yang mereka kehendaki. Balasan atas kedurhakaan mereka sangat keras, seperti difirmankan Allah: “Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS al-Haqqah [69]: 6-8).
Setelah kaum ‘Ad lenyap, Allah menyambung generasi mereka dengan kehadiran kaum Tsamud, umat Nabi Shalih AS. Diperkirakan, kaum Tsmaud hidup sekitar tahun 800 SM. Mereka merupakan anak cucu kaum beriman yang selamat bersama Nabi Nuh AS di dalam bahtera.
Kaum Tsamud menetap di al-Hijr bagian utara jazirah Arab dekat Wadi al-Qura’. Mereka mewarisi kemakmuran serta kemewahan yang dimiliki kaum ‘Ad. Mereka diperkirakan berasal dari wilayah Arab selatan yang kemudian pindah menuju utara. Kaum ini menetap di Gunung Athlab, Madain Shaleh, kota yang kini menjadi ba ngunan cagar budaya Kerajaan Saudi. Sejumlah besar kaum Tsamud merupakan pengukir dan pemahat bukit yang baik. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab
Kaum Tsamud diberikan anugerah berupa tanah yang subur dan penghasilan yang melimpah. Mereka hidup sejahtera, tenteram, dan bahagia. Seperti kaum ‘Ad yang tidak mau beriman, kaum Tsamud mendustakan kerasulan dan kenabian Shaleh AS sebagai Rasul. Mereka ingkar kepada Allah, sombong serta tidak mau bersyukur serta menyembelih unta nabi Shaleh AS. Lalu, mereka dibinasakan dengan azab berupa suara keras yang menggelegar pada hari ketiga setelah unta itu disembelih.
Kaum Tsamud menetap di al-Hijr bagian utara jazirah Arab dekat Wadi al-Qura’. Mereka mewarisi kemakmuran serta kemewahan yang dimiliki kaum ‘Ad. Mereka diperkirakan berasal dari wilayah Arab selatan yang kemudian pindah menuju utara. Kaum ini menetap di Gunung Athlab, Madain Shaleh, kota yang kini menjadi ba ngunan cagar budaya Kerajaan Saudi. Sejumlah besar kaum Tsamud merupakan pengukir dan pemahat bukit yang baik. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab
Kaum Tsamud diberikan anugerah berupa tanah yang subur dan penghasilan yang melimpah. Mereka hidup sejahtera, tenteram, dan bahagia. Seperti kaum ‘Ad yang tidak mau beriman, kaum Tsamud mendustakan kerasulan dan kenabian Shaleh AS sebagai Rasul. Mereka ingkar kepada Allah, sombong serta tidak mau bersyukur serta menyembelih unta nabi Shaleh AS. Lalu, mereka dibinasakan dengan azab berupa suara keras yang menggelegar pada hari ketiga setelah unta itu disembelih.
Komentar
Posting Komentar