Autentik Teacher

Berada di antara peserta didik, Asni Rusli mahasiswi IIQ peserta PLP, dan Dosen Pembimbing Eka Naelia Rahmah, MA. Foto milik Asni Rusli.

Setelah menyelesaikan kuliahmu nanti, pulanglah. Makassar butuh guru SKI seperti kamu. Kamu bukan pseudo teacher, kamu autentik teacher.
HARI ini, Rabu 24 September 2025, hari terakhir mendampingi mahasiswi IIQ (Institut Ilmu Al-Qur’an) Jakarta. Asni Rusli menyelesaikan program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dengan catatan kemajuan yang sangat berarti. Mumtazah.

Asni hanya salah satu mahasiswi IIQ Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama semester 7 (tujuh) dari beberapa pendahulunya yang mengambil lokasi Madrasah Pembangunan sebagai laboratorium praktik mengajar yang saya dampingi. Asni meninggalkan kesan tersendiri buat saya bahwa seorang guru seharusnya memang seorang pembelajar. Asni menunjukkan indikasi demikian.

Asni berhasil melalui proses kemajuan terampil mengajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang sangat baik. Setiap pertemuan saya catat kelebihan dan kelemahannya. Kelemahannya saya minta diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Kelebihannya harus diperkuat dengan inovasi baru meskipun skalanya kecil semisal mengganti metode pembelajaran. Asni mampu menerjemahkan masukan-masukan itu pada kelas berikutnya.

Saya harus katakan ini. Bagaimanapun, saya pernah menjalani proses—dahulu namanya program PPL—pada 25 tahun yang lalu saat mengambil fakultas dan jurusan yang sama di UIN Jakarta. Pertama kali masuk kelas menjalani program ini, calon guru yang masih hijau —belum punya pengalaman real teaching—banjir keringat dingin sekujur dahi. Dua jam pelajaran yang hanya 80 menit seakan berlangsung berjam-jam lamanya. Akan tetapi, di tangan Guru Pamong yang smooth—seperti pamong saya dulu—semua proses bisa dijalani. Keringat dingin perlahan hilang, percaya diri tumbuh, bahkan punya tempat di hati peserta didik.

Saya tidak tahu kesan Asni saat saya mendampinginya dalam 15 kali pertemuan sebelum ia ujian. Dalam catatan saya, Asni terampil memanfaatkan berbagai pendekatan mengajar, penilaian autentik berbasis digital, dan memadukan games dan pembelajaran. Dan, ini kata kunci capaian Asni di PLP-nya. Rasanya, saya perlu banyak belajar lagi. Karena itu, Asni tidak pernah saya ditempatkan sebagai pseudo teacher di kelas saya.

Mengapa?

Umumnya, siswa menilai SKI subjek yang amat membosankan, susah, dan tidak menarik. Akan tetapi, Asni berhasil keluar dari spektrum itu dan berhasil menyajikan pembelajaran SKI dengan begitu menyenangkan. Sejak lima menit pertama ujian sampai akhir jam belajar, peserta didik masih riang, aktif dari satu aktivitas kelompok beralih menyelesaikan evaluasi berbasis games. Asni cerdik memanfaatkan jam belajar krusial dengan kecenderungan siswa seusia kelas tujuh yang umumnya menyukai games.

Apa penilaian saya pada Asni berlebihan? Tidak. Inilah pengalaman pertama saya menjadi Guru Pamong di mana pada akhir sesi, beberapa siswi menangis sebab Asni pamit bahwa hari ini adalah kesempatannya mengajar yang terakhir. Ada yang memeluk Asni, meminta tanda tangan, dan apalah lagi saya tidak tahu karena izin lebih dahulu meninggalkan kelas beberapa menit setelah bel berbunyi.

Kepada Dosen Pembimbing Asni, Eka Naelia Rahmah, MA saya sampaikan harapan agar Asni diarahkan konsentrasinya untuk mengambil SKI sebagai subjeknya nanti. Feel Asni sebagai guru SKI sudah dapat sejak ia baru mengikuti program PLP. Saya percaya, semua guru dengan mengampu subjek apa pun harus kreatif, inovatif, dan adaptif dengan perkembangan teknologi. Asni sudah cukup potensial di sini.

Eka Naelia Rahmah, MA yang juga dosen SKI, semoga melihat Asni seperti penilaian saya hari ini.

Selamat Asni. Setelah menyelesaikan kuliahmu nanti, pulanglah. Makassar butuh guru SKI seperti kamu. Kamu bukan pseudo teacher, kamu autentik teacher.

Rabu, 24 September 2025

Catatan guru SKI. Cepat sekali waktu bergulir. Rasanya usia sudah di ujung karier.


0 Comments:

Posting Komentar